“APA!!!, MASUK PONDOK!!” teriak gadis berseragam abu-abu,
pada pria paruh baya dan wanita paruhbaya di hadapannya.
“iya, dan kamu harus mau!” jawab pria paruhbaya dengan tegas
“come
on, pa. Nadya nggak mau” rengek gadis tersebut
“TIDAK.ADA.BANTAHAN.”Ucap pria paruh baya dengan penuh penekanan
“tapi
pa,,,,” ucapan sigadis langsung terputus oleh suara wanita paruh baya yang
ada dihadapannya.
“udah kamu terima saja, lagi
pula ini demi kebaikan kamu.”
“ih,,,mama
bukannya belain Nadya malah ngedukung papa, gimana sih.” gadis bernama Nadya itu pun
langsung cemberut.
“sudah-sudah, ini keputusan papa. Nadya,
empat hari lagi kamu mulai masuk di pesantren yang papa dan mama pilih.”
“uuuuh,
jadi Nadya nggak boleh nolak?” mama dan papa yang ada di
hadapannya menggelengkan kepala.
“huuuuuuhhh.” Nadya menghembuskan nafasnya dengan kasar.
“terserah
mama sama papa
lah,,,, Nadya mau berangkat sekolah dulu, nanti telat.” Nadya mengambil tasnya dan mencium punggung tangan
mama dan papanya.
“eh,,,, itu seragam kamu udah kekecilan.” kata
mama yang melihat seragam yang di pakai anak gadisnya.
Dengan baju
yang memperlihatkan lekukan tubuhnya dan rok yang sepertinya 7cm di atas lutut.
“apasih ma, inituh modis
tau.”elak Nadya.
“modis apanya, inituhaurat, coba kamu berhijab
seperti mama mu.” tukas papa membantah ucapan Nadya.
“ih,gerah
ah…” Nadya menyibakkan rambut panjangnya.
“alah,,,, tunggu empat hari lagi, kamu
juga akan berhijab seperti mama kamu.” seringaian tercetak pada bibir papa.
“ish,,,,, udah
ah,,,,, Nadya nggak mau berdebat lagi. Nadya berangkat. By mama, papa.” Nadya langsung meninggalkan
mama dan papanya yang berada diruang keluarga.
Nadya berangkat kesekolah dengan berjalan kaki,dengan airphone
yang berada di telinganya dan sesekali bersenandung mengikuti lagu yang ia dengar.
Sesampainya di
sekolah, Nadya tetap berjalan dengan santai tanpa memperdulikan orang-orang yang
menatap dirinya takut.takut? siapa yang
tidak takut dengan Nadya yang merupakan ketua dari ekstrakurikuler karate
dengan bersabuk hitam dan sudah beberapa kali
memenangkan perlombaan sampai tingkat nasional.
Nadya langsung memasuki kelasnya XI IPA
1, dia langsung menduduki bangku yang ada di pojok kelasnya dan langsung melipat tangannya
di depan dada dengan pandangan kedepan dan tatapan tajam.
“woy,,,,,, pagi-pagi udah ditekuk aja tumuka.” Ucap seseorang seraya menepuk pundak Nadya.
“lo bisa nggak sih nggak ngagetin gue!” ketus Nadya pada gadis
yang bernama Shasa, satu-satunya shabat yang ia punya.Shasa hanya menyengir dan menunjukkan dua jarinya bertanda perdamaian.
“sorry elah,,,,, sensi amat deh. lagi
PMS lo?” Shasa mendudukkan dirinya tepat di samping Nadya.
“kalo iya kenapa? masalah buat
lo?” jawab Nadya dengan intonasi datar.
“ya,,,maaf dah. Lo kenapa sih, cemberut amat. Coba cerita,”
“huuuh,,,, Sha,,,,, empat hari lagi gue
dimasukin kepesantren,,,,,” cerita Nadya pada Shasa.
“WHAT,,,,LO.MASUK
PESANTREN,,,,HAHAHAHA,,,HAHAHAHA,,,” pecah sudah tawa Shasa.
Sedangkan Nadya hanya menampilkan wajah datarnya. Shasa
yang melihat itu pun langsung menghentikan tawanya” khmmm” Shasa berdehem.
“oke-oke,,,sebagai sahabat
yang baik gue nanyak nih yaa? Kok bisa sih lo masuk pesantren?” Tanya
Shasa sambil menggerak-gerakkan tangannya disamping Nadya.
“berubah” singkat Nadya.
“hah,,,,?” Shasa hanya melongo tidak mengerti dengan
kata yang menurutnya ambigu.
“Nadya,,,, bisa nggak sih kalau bicara itu
yang jelas, gue itu bukan si Edward si vampire yang bisa gebaca pikiran, okee.” Kesal
Shasa.
“mama
sama papa mau gue berubah jadi lebih baik lagi,”jelas Nadya.
“Ooo,,,bagus
deh,biar lo jadi baik dikit lah.”gurau Shasa.
“ye,,,emang
gue kurang baik apa sih?” sewot Nadya sambil melotot kan matanya.
“eh
si kunyuk,,,baik kata lo,mukulin anak orang sampe masuk UGD itu maksud lo
baik,atau tidur di setiap mata pelajaran? Itu yang lo maksud baik?” sarkas Shasa.
“yeee
itu kanada sebabnya. Gue mukulin tuh orang karena dia seenaknya ngebuly tuh si
Doni,anak kutu buku,dan gue tidur itu karena gurunya ngebosenin.” jawab Nadya
dengan panjang lebar.
“terserah
lo deh ,,, terserah,,,, pasrah gue. Capek ngomomg sama lo.” sergah Shasa.
Teeeeeeettttttttt
Percakapan
mereka berakhir dengan bunyi bel tanda untuk masuk kelas.
************
Empat
hari kemudian
“iiih,,,ma,
Nadya nggak mau ah pake jilbab, mana bajunya panjang lagi, gerah
ma,,,geraahhh.” rengek Nadya pada mama nya.
“Udah
nggak usah banyak komen, nanti juga kamu terbiasa” omel mamanya pada Nadya.
“Udah
selesai kan? Ayo cepat nanti sampai sananya kemaleman lagi” kata papa sambil
berdiri di ambang pintu kamar Nadya.
“
hah?,,,,, malem?,, sejauh apa sih pa?,,dimana sih tempatnya?” serbu Nadya pada
papanya.
“
nanti juga kamu bakalan tahu sendiri,,,, udah ayo cepat,, kamu banyak tanya
lagi.”
“
iiiiiih,,, papa mah gituuu.” sebal Nadya.
Dan
merekapun berangkat.
*******
Di tengah perjalanan….
“pah….kok
jalannya masuk ke desa-desa gitu sih,,,, ini mah sama aja papa mau ngasingin
aku…. Papa mah tega sama anak sendiri.” rajuk Nadya.
“udah
jangan cerewet lagi… nanti juga kamu betah disana.” kata papa kemudian.
“
iya Nadya sayang….. mama juga dulu kayak kamu, “ sambung mama.
Dan
Nadya hanya berdiam diri dengan segala kekesalannya. Disamping itu dia ragu
akan dirinya, bisakah dia beradaptasi dengan lingkungan yang jauh dari
kehidupan perkotaan. Dan pastinya dia akan merindukan sahabatnya si Shasa,
meskipun nyebelin kadang anak itu bisa menjadi sahabat yang baik dan suka kasih
saran meskipun sarannya suka bikin kesal.
**********
Sesampainya di pondok….
Sesampainya di pondok pesantren
al-huda, keluarga Nadya disambut oleh tatapan bingung dan penasaran dari
tatapan santriwan dan santriwati, namun ada juga santriwan yang menatap kagum
karena kecantikannya.
Setelah turun dari mobil keluarga
Nadya langsung dituntun oleh seorang santriwan menuju ke rumah Abah.Abah adalah
panggilan yang biasa ditujukan santriwan dan santriwati untuk kiyai abdul
ma’ruf yang merupakan pemilik di pondok pesantren tersebut.Papah Nadya juga
sebelumya sudah kenal dengan abah karena dulunya papa dan mama Nadya satu
pondok pesantren dengan abah atau Kiyai Abdul Ma’ruf.
“Assalamu’alaikum….”
Ucap seorang santriwan di teras rumah abah yang disertai dengan keluarga Nadya
dibelakangnya.
“wa’alaikumsalam….”
Jawab seorang wanita paruh baya yang bernama Umi Maryam, yang merupakan istri
dari abah.
“umiii…ini
ada orang yang nyari abah” kata santriwan seakan menjawab kebingungan umi.
“siapa
fan?” Tanya umi kepada santriwan yang bernama adalah Zarfan.
“
ini saya pak Irawan, yang menelfon enam hari yang lalu” sambar papah nadya.
“
oooh….saya ingat… teman mondoknya abah dulu kan yaa?...oh iya yang mau mondok
siapa?” jawab umi dengan ramah.
“
iyaa bu.. ini yang mau mondok anak kami namanya Nadya,”jawab mamah Nadya.
“
kalau begitu Zarfan, tolong panggilkan abah di mushola ya nak.”. kata umi
dengan tutur lembutnya.
“baik
umi,,,, kalau begitu Zarfan ke mushola dulu.Assalammu’alaikum,” salam Zarfan
dan bergegas menuju mushola.
“kalau
begitu, ayo silahkan masuk,”umi mempersilahkan keluarga Nadya masuk ke ruang
tamu.
Tak
lama kemudian…..
“Assalam
mu’alaikum,”datanglah pria paruh baya dengan baju koko beserta peci nya.
“wa’alaikum
salam”jawab umi dan keluarga Nadya.
Umi
langsung mencium punggung tangan abah.abah dan umi duduk berhadapan dengan
keluarga Nadya.
“wah
Irfan, sudah lama kita tak berjumpa kau masih tampak muda ya, bagaimana
kabarmu?” sapa Abah pada pak Irwan.
“ah
Abdul,iya sudah lama kita tak berjumpa, kau ini berlebihan sekali kita kan
seumuran, dan Alhamdulillah kabar ku baik dan bagaimana kabarmu?” akrab Irwan
pada Abah.
“ya
seperti yang kau lihat, aku sama baiknya sepertimu. Oh ya, ada apa gerangan kau
datang kesini setelah sekian lama tak datang?”Tanya Abah pada Irwan.
“jadi
begini, tujuan aku datang bersama istri dan anakku, aku mau memondokkan putri
ku yang bernama Nadya ini” jelas pak Irwan sampil memegang pundak Nadya.
“Oooh
begitu rupanya.Hmmm, umi tolong panggilkan Asyifa kemari.” Pinta Abah pada sang
istri yang ada di sampingnya.
“baik
abah, umi pergi dulu, Assalam mu’alaikum”salam Umi.
“Wa’alaikum
salam” jawab Abah dan keluarga Nadya. Umi langsung bergegas menuju asrama
putri.
Tak
lama kemudian ,,,,,,
“Assalam
mu’laikum.”salam Umi yang datang datang bersama seorang gadis yang tampak
anggun dengan gamis dan jilbab syar’i nya.
“Wa’alaikum
salam.”
Nadya
tampak memperhatikan gadis tersebut dengan intens “mungkin gadis itu yang bernama Asyifa yang disebut abah tadi” batin
Nadya.
“nah,
nak Nadya, ini Asyifa, dia ini yang akan mengantar kamu ke kamar yang akan kamu
tempatidan Asyifa ini teman sekamar kamu.” Abah memperkenalkan Asyifa pada
Nadya.
Nadya
hanya bisa tersenyum kaku.
“yasudah
kalau begitu,kami tak bisa berlama-lama, besok ada pekerjaan di kantor.” Pak
Irwan langsung berpamitan setelah dirasa tugasnya mengantar sang putri sudah
selesai.
“ah,
cepat sekali kau Irwan.”balas Abah.
“iya
nih mama sama papa, kok cepet banget sih?”Tanya Nadya yang langsung membuka
suara setelah terdiam beberapa saat.
“nak,
mama sama papa besok ada pekerja’an yang tidak bisa ditinggalkan. Kamu
baik-baik di sini.Inget jangan bandel, dan nak Asyifa, tante minta tolong awasi
Nadya, walaupun anaknya tomboy dan bandel tapi dia baik kok.”Pinta mama Nadya
pada Asyifa, gadis yang menemani anak nya.
“oh,
baik tante, Insya’allah.” Jawab Asifa dengan sopan.
“yasudah
Abdul, aku dan istriku tidak bisa berlama-lama. Kami pamit dulu.Nadya, ingat
kata mama dan papa barusan. Jangan pernah berfikir kalau mama sama papa tidak
menyayangimu. Justru mama sama papa sangat sayang sama kamu. Mama sama papa
sangat berharap kamu bisa berubah nak, mama sama papa hanya tidak ingin kamu
terbawa oleh pergaulan bebas.”Mendengar kata papa, Nadya langsung meneteskan
air matanya.Mama yang melihat anaknya menangispun langsung memeluk tubuh
anaknya.
“huuss….sudah
jangan nangis. Mama sama papa bakalan jenguk kamu kalau ada waktu luang,
oke.”Bujuk mama sambil mengelus punggung Nadya.
“ya
sudah abdul, kami pamit dulu, sudah malam.” pak Irwan langsung berdiri diikuti
dengan sang istri dan yanglainnya. Mereka berjalan menuju depan rumah diman
tempat mobil terparkir.
“papa
sama mama hati-hati ya di jalan.”Nadya tampak tersenyum terpaksa.
“baiklah,
kami pergi dulu. Asalam mu’alaikum.” Slam mama dan papa Nadya.
“Wa’alaikum
salam.” Jawab Umi, Abah, Asyifa dan Nadya.
Seteleh
mobil menjauh Asyifa langsung berpamit untuk mengantar Nadya menuju kamarnya,
sedangkan barang bawa’an Nadya akan di antarkan oleh orang suruhan Abah.
******************************
Nadya
PointOf Viw
Sekarang, gue lagi jalan sama cewek
yang namanya Asyifa. Katanya sih, dia mau anterin gue ke kamar yang bakalan
jadi tempat tinggal gue selama di pondok ini. Dan di sepanjang perjalanan
banyak tuh gue lihat santri yang pake jilbab yang lebih mirip mukena, bahkan
banyak juga yang pake penutup kayak ninja-ninja yang nggak gue tau namanya apa.
Gue ngeri sendiri ngebayangin kalau gue pake jilbab sama penutup kayak gitu,
gue pake gamis sama jibab yang pas- pasan aja udah gerah, apalagi pake pakaian
kayak begitu, gue ngeri sendiri.
Tak lama kemudian, gue sama Asyfa
berhenti tepat di depan pintu kamar yang berwarna coklat yang gue duga pasti
kamar yang bakalan jadi tempat tinggal gue.
“nah
Nadya, kita sudah sampai. Ayo kita masuk.”Kata
Asyifa seraya membuka pintu tersebut.
Saat pintu terbuka dan Asyfa
langsung nyuruh gue masuk, dan melihat kamar yang bakalan gue tempatin. Hmmm,,, not bad lah.Kata gue dalam
hati.
“jadi
setiap kamar itu masing-masing di tempati oleh tiga orang dan dikamar kita ini
juga ditempati oleh tiga orang. Aku,
kamu, sama Rara. Rara itu, salah satu santri juga, tapi sekarang Rara lagi ada
rapat ngewakilin aku buat rencanain acara makan bersama untuk menyambut anak
kiyai yang akan pulang dari kairo mesir satu bulan lagi.”Jelas Asyfa dan gue
hanya menganggukkan kepala nggak tertarik dengan acara makan-makan itu.
“Oooh,,,
ya udah. Kalau gitu, sekarang lo bantuin gue buat rapi’in tuh baju-baju gue,”
gue langsung terik tangan Asyfa tepat di depan koper gue.
“iya,,iya,,sekarang
kita rapi’in.” Asyfa langsung ngebantuin gue buat masukin baju-baju gue ke
dalam lemari berukuran sedang.
Setelah rapi, gue langsung ngambil
peralatan mandi gue,walaupun udah malem, gue paling anti yang namanya nggak
mandi sebelum tidur.
“Asyfa,
anterin gue ke kamar mandi. Gerah gue, pengen mandi.,” kata gue.
“Oh,,,
ya sudah ayo aku antar,” Asyfa langsung berjalan sambil menggandeng tangan gue.
Saat dijalan, gue sama Asyfa diem
aja. Mungkin Asyfa nggak tahan sama kesunyian, Asyfa langsung buka topic yang
bikin gue ngerasa akrab sama dia.
“Nadya,
hmm…. Kan kamu udah di pesantren, kamu harus bisa ngebiasain bicara pakai
Aku~Kamu.Kurang sopan kalau berbicara pakai Gue~Lo.”Kata Asyfa yang bikin gue
bingung.
“emang
harus ya?, gue nggak terbiasa tuh bicara pake Aku ~Kamu, berasa lagi ngomong
sama pacar aja.” Sewot gue.
“Aku
juga dulu sama kok kayak kamu, bahkan mungkin lebih bandel dan urakan. Tapi,
semenjak aku di pondok ini aku mulai mengerti bagaimana seharusnya kita
bersikap dan menjaga sesuatu yang akan kita pertanggung jawabkan kelak di
akhirat. Seperti aurat, dulu aku sangat suka keluar masuk club, minum alkohol,ngerokok,
pakai pakaian mini. Sangat jauh berbeda dengan kehidupan yang
sekarang.Kira-kira setelah dua minggu di pondok ini, aku langsung mendapatkan
hidayah.Aku sadar bahwa hidup itu hanya sekali, dan aku harus mempergunakan
hidup ini dengan sebaik-baiknya.Bukan untuk ber senang-senang tapi mulai lebih
mendekatkan diri kepada Allah SWT.“ cerita Asyfa yang langsung membuat langkah
gue terhenti.
“jadi
mulai sekarang, cobalah untuk berubah. Jangan terburu-buru, pelan-pelan saja,
supaya kamu tidak merasa tertekan.”Lanjut Asyfa sambil memegang kedua bahu gue.
Gue
hanya bisa terdiam. ”tapi gue masih ragu dan,,,,, semua ini sangat sulit buat
gue.” Lirih gue dengan mata berkaca-kaca.
“apa
lagi yang kamu ragukan. Memang semua ini sulit dan ini adalah salah satu cobaan
yang harus kamu lewati. Ingat! Allah tidak akan memberikan suatu cobaan
melebihi kemampuan hamba-Nya. Jadi, kamu mau kan, berubah menjadi lebih baik
dari sekarang?” Tanya Asyifa, gue langsung tersenyum seraya mengangguk kan
kepala.
“Bismillah.”ucap
Asyfa menuntunku untuk mengucap kan apa yang dia ucapkan
“Bismillah.”
Gue meniru apa yang Asyfa ucapkan.
“nah,
sekarang kita sudah sampai di kamar mandi.” Sekarang gue udah sampai tepat di
lorong kamar mandi.Yang gue lihat, disini kamar madinya ada 10.
“yaudah,
aku kedalam dulu ya.” Sungguh, aneh rasanya saat gue menyebut diri dengan” Aku” tapi, kalau di piker-pikir, kalau
bukan sekarang aku mulai berubah, kapan lagi.
Aku
melihat ekspresi terkejut sekaligus senang dari wajah Asyfa saat aku menyebut
diri dengan “Aku” bukan“ Gue” seperti biasanya.
Aku
langsung memasuki salah satu kamar mandi tersebut.Setelah selesai mandi dan
memakai piama panjang yang di belikan mama padaku sebelumnya, aku dan Asyifa
langsung kembali ke kamar asrama.
Nadya The And
******************************
Sesampai Nadya dan Asyifa di kamar,
ternyata di dalam kamar sudah ada seorang gadis yang terduduk di salah satu
ranjang sambil membaca buku.
Merasa
ada yang memasuki kamar, gadis tersebut langsung menoleh ke pintu kamar
asrama.Gadis tersebut tersenyum saat melihat siapa yang datang.
“Asyifa,
kamu kemana aja sih,,,,dari tadi aku tungguin.” Kata gedis tersebut setelah
tepat di hadan Asyifa.
“tadi
aku nganter Nadya ke kamar mandi.” Jawab Asyfa sambil tersenyum.
“Nadya?”
kata gadis itu terbingung.
“oh
iya, kan kamu belum kenal. jadi Rara, ini Nadya santri baru dan dia sekamar
dengan kita.dan Nadya, ini yang namany Rara, teman sekamar kita.” Asyifa
memperkenalkan Rara pada Nadya dan sebaliknya.
Äh,
santri baru…… salam kenal Nadya.”kata Rara dengan ceria seraya mengulurkan
tangan kanannya pada Nadya.
Nadya
langsung menyambut jabatan tangan tersebut dengan senang hati.
“salam
kenal juga.”jawab Nadya dengan senyum tipisnya.
Setelah
Rara dan Nadya saling mengenal, Rara, Nadya dan Asyfa langsung duduk di ranjang
Nadya yang ukurannya lebih besar dari milik Rara dan Nadya.
“ah
iya, Asyfa hasil rapat tadi, semua santriwan dan santriwati akan menyambut kedatangan
anak Abah yang baru saja selesai menjalani masa pendidikannya di kairo mesir dengan
mengadakan makan malam bersama dan akan dilaksanakan dua minggu lagi, yang
dimana kamar kita yang akan memasak menu makanan untuk acara makan malam itu.”
Rara menjelaskan hasil rapat yang sudah disepakati tadi.
“hmmm,
begitu ya. Tapi kan kita hanya ber tiga. Sedangkan kita harus menyediakan
makanan untuk sekitar 1000 santri, apa kita tidak kewalahan nantinya?” ragu
Asyfa.
“tenang
saja kak jihan akan membantu kita juga kok.” Asyfa langsung tersenyum lega.
“oh
iya, Nadya apa kamu bisa memasak?”Tanya Asyfa pada Nadya.
“yah,,,walaupun
aku itu tomboy dan jagonya berantem, tapi aku inget kok kalau aku itu
perempuan. Jadi, aku bisa masak kok, tenang aja.”jawab Nadya pada Nadya dan
Rara.
“jago
berantem?” kata rara terheran, Asyfa pun sama herannya.
“hehehe,,,,kan
sebelum aku masuk pesantren ini, aku kan sekolahnya di SMA, dan aku ikut
ekstrakurikuler karate, dan aku yang menjadi ketua di ekstrakurikuler itu.
Karena hanya aku yang sudah bersabuk hitam.”jawab Nadya dengan bangga,
sedangkan Asyfa dan Rara bergidig ngeri.
“dan
salah satu sebab aku di masukin ke pondok ini karena, aku udah mukulin kakak
kelas sampai masuk UGD. Eh, tapi aku ngelakuin itu karena aku nggak suka
ngelihat orang ditindas, nah, waktu itu aku ngelihat tuh kakak kelas lagi
ngebuly temen sekelas aku yang agak nerd gitu deh.”kata Nadya dengan
santai.Asyfa dan Rara semakin pucat saat mendengar cerita Nadya yang menurut
mereka mengerikan.
“kok
aku jadi agak merinding ya, dengerin cerita kamu Nad.” Ucap Rara sambil
mengusap lehernya,memang kalau sudah didalam kamar mereka langsung membuka
jilbab mereka. Nadya memiliki rambut ikal yang panjangnya sampai pinggang,
Asyfa memiliki rambut lurus sepunggung, sedangkan Rara memiliki rambut lurus
sepundak.
“hehehehe
kan aku melakukan itu karena nolongin orang.” Asyfa dan Rara langsung terkekeh
mendengar ucapan Nadya.
“eh
ini kan udah malem, kita tidut yuk.” Nadya dan Asyfa langsung menyetujui ucapan
Rara.
“yaudah
kita tidur.” Mereka langsung menuju ranjang masing masing dan tertidur setelah
mematikan lapu kamar.
******************************
“Nadya,
BANGUN!!!” teriak Asyfa dan Rara bersamaan pada Nadya yang masih nyenyek diatas
ranjangnya.Sedangkan Nadya hanya menggeliat dan tertidur kembali.
Tak
habis akal, Asyfa dan Rara lansung menarik kaki Nadya hingga terjatuh dari
ranjangnya.
“AW,,,,,,ASYFA!
RARA! Sakit tau.”teriak Nadya sambil mengusap bokongnya.
“nah
berhasil!” Asyfa dan Rara langsung tersenyum senang.
“Nadya
ayo sana mandi terus ambil air wudhu, bentar lagi masuk waktu subuh.” Kata
Asyfa saat Nadya sudah berdiri dihadapan Asyfa dan Rara.
“kali8an
bangunin aku jam segini. ASTAGA!! Ini itu pagi banget, masih jam 03:40”teriak
Nadya sambil melotot pada Asyfa dan Rara.
“Nadya
yang cantik dan imut, bentar lagi mau masuk waktu sholat subuh, nah sekarang
kamu mandi dan siap-siap, terus kita berangkat ke masjid,” jelas Asyfa yang di
angguki oleh Rara.Sedangkan Nadya tambah melotot.
“APA!JAM
SEGINI!”Nadya semakin histeris. Rasa kantuk yang ia rasakan entah hilang
kemana.
“ih
Nadya, jangan teriak-teriak, sakit tau telinga aku.” kata Rara sambil mengusap
telinganya yang sudah tertutupi mukena putihnya.
“iya
nih, dari pada kamu teriak-teriak mending langsung mandi gih, terus ambil air
wudhu.” Rara langsung mengambilkan peralatan mandi dan jilbab milik Nadya, dan
langsung menyuruh Nadya untuk segera mandi dan mengambil air wudhu.
“iya.”
jawab singkatb Nadya dan langsung bergegas menuju kamar mandi.
Tak membutuhkan waktu yang lama
untuk Nadya hanya untuk mandi, hanya dalam waktu 20 menit saja Nadya sudah siap
dengan mukena putihnya.Di pondok pesantren ini, para santri hanya di perbolehkan
memakai mukena putih.
Nadya, Rara, dan Asyfa langsung
berangkat menuju masjid. Sesampainya di masjid, Nadya melihat masjid tersebut
sudah terisi oleh santriwan dan santri wati.
“nah,
sambil menunggu waktu subuh tiba, kita muroja’ah hafalan Al-Qur’an kita yuk.”
Ajak Asyfa pada Rara dan Nadya.
“hah,
muroja’ah? Apaan tuh?”Tanya Nadya yang terbingung-bingung.
“kamu
beneran nggak tau muroja’ah itu apa?”Tanya Asyfa balik dan Nadya hanya
menggelengkan kepalanya, sedangkan Rara terbengong menatap Nadya.
“hehehehe,,,,”
Nadya hanya menyengir menatap Rara dan Asyfa.
“muroja’ah
Al-Qur’an itu, kita mengulang hafalan Al-Qur’an.” Jelas Rara.
“ya
udah yuk, kita muroja’ah.” Ajak Asifa.
Asyfa dan Rara memulai muroja’ah
hafalan mereka sedangkan Nadya hanya menatap Al-Qur’an yang ada
ditangannya.Asyfa dan Rara yang melihat Nadya yang terdiam langsung menyudahi
muroja’ah mereka.
“loh
Nadya, kok kamu cuma ngelihatin Al-Qur’annya doing sih, kok nggak di baca?”
Tanya Asyfa sedangkan Rara menyimak apa yang akan di katakan oleh Nadya.
“hmmmm, aku Cuma hafal Al-Fatihah sama An-Nas, itupun karena bacaan sholat.”
Jawab Nadya dengan kikuk.
“Astagfirullah,
memangnya kamu nggak pernah ngaji ya?“Tanya Asyfa sambil mengelus dada
begitupun dengan Rara.
“hehehe,
aku lupa car abaca Al-Qur’an, dan aku tau cara wudhu dan sholat itu karena aku
pernah diajarin dulu waktu kecil. Nah, waktu masuk SMP aku nggak pernah baca
Al-Qur’an lagi. Dan sekarang aku lupa cara bacanya.” jelas Nadya dengan kepala
yang menunduk. Nadya menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca, ia merasa malu
dengan dirinya sendiri. Entah saat baru menginjakkan kakinya tepat di masjid,
hatinya terasa berdebar.Ia bahkan hanya menginjakkan kakinya hanya saat hari
raya Idul Fitri dan Idul Adha saja, itupun kalau ia tidak sedang dalam keada’an
haid.
air mata yang sedari tadi Nadya
tahanpun mulai menetes, Asyfa dan Rara yang melihat itupun langsung memeluk
tubuh Nadya.Rara sudah mengetahui bagaimana kehidupan Nadya sebelum masuk ke
pesantren dari Asyifa pada saat mereka menunggu Nadya mandi.
“sudah
jangan nangis ya, kamu tenang aja, aku dan Rara pasti bakalan ajarin kamu cara
baca Al-qur’an sampai kamu bisa, bahkan sampai kamu jadi penghafal Al-Qur’an.” Asyfa
menghapus air mata Nadya dan Rara tersenyum menenangkan Nadya.
“terima
kasih ya, kalian baik banget sama aku.” Nadya tersenyum bahagia mendengar
pernyata’an yang tulus dari Asyfa dan Rara.
“sama-sama,
kan kita sahabat.” Jawab Asyfa dan Rara bersama’an.
“sahabat?”
ulang Nadya.
“iya,
sahabat, sejak kita berkenalan aku dan Rara sudah menganggap kamu sebagai
sahabat.” Kata Asyfa dan di benarkan oleh Rara.
“sekali
lagi terima kasih ya, aku seneng banget punya sahabat seperti kalian.” Asyfa
dan Rara hanya tersenyum melihat respon dari Nadya.
Tak
lama terdengar suara Adzan.Asyfa dan Rara langsung menjawab Adzan sedangkan Nadya
hanya mendengarkan.
Setelah melaksanakan sholat
subuh,Nadya, Asyfa, dan Rara langsung kembali menuju kamar asrama, dan
mengenakan seragam abu-abu yang panjang. Di pondok pesantren tersebut bukan
hanya mengaji saja, pondok pesantren tersebut memiliki SMA Islam juga.Agar
seliruh santriwan dan santri wati dapat melanjutkan pendidikan hingga jenjang
yang lebih tinggi.
“uuuh,
aku nggak bisa pakai jilbab kayak gini.” Keluh Nadya yang sedang di depan
cermin.
“sini
aku bantuin.” Asyfa yang sudah terlihat rapi dan cantik membantu memakaikan
jilbab putih berukuran 150 milik Nadya.Setelah selsai memakaikan jilbab
tersebut pada Nadya, Asyfa dan Rara terkagum melihat kecantikan Nadya. Nadya
yang ditatap seperti itupun merasa bingung dengan sahabatnya tersebut, apakah
ia terlihat aneh mengenakan jilbab tersebut.
“kalian
kenapa ngelihatin aku kayak begitu, aku kelihatan aneh ya.” Tanya Nadya yang langsung
membuat Asyfa dan Rara tersadar dari lamunan mereka.
“Nadya,
kamu sama sekali tidak kelihatan aneh kok, malahan kami kagum melihat
kecantikanmua.”Jawab Rara dengan tersenyum.
“ah,
kalian bisa saja,” Nadya tersenyum menatap Asyfa dan Rara.
“astaga!
Sudah jam 06:15, ayo kita kedapur santriwati mengambil sarapan.” Merekapun
bergegas mengambil tas dan berlari menuju dapur santriwati yang dimana dapur
tersebuta dibuat khusus untukseluruh santriwati mengambil makanan untuk
sarapan, makan siang, dan makan malam. Setelah mereka sarapan mereka bergegas
menuju kelas, mereka masuk dalam kelas yang sama yaitu IPA 1.
Sesampainya di dalam kelas, banyak
santriwati yang menatap Nadya dengan pandangan bingung, sedangkan tidak sedikit
para santriwan menatap Nadya dengan terpesona dan ada pula yang langsung
menundukkan pandangan dan mengucapkan Istigfar karna sadar, memandang yang
bukan halal baginya adalah dosa.
Tak lama, bel masuk pun berbunyi.
Datanglah seorang pria paruh baya yang merupakan ustad yang akan mengajar di
jam pertama kelas tersebut.
“Ihtiroom.”Suara lantang dari salah
satu santriwan yang berdiri dari duduknya diikuti oleh semua murid yang
dikelas.
“Hayyu.”lanjut
santriwan tersebut dengan intonasi yang tetap lantang.
“Assalam
mu’alaiku warohmatullahi wabarokatuh.” Semua murid yang ada didalam kelas langsung
mengucap salam.
“Wa’alaikum
salam warohmatullahi wabarokatuh.” Jawab ustadz dengan tenang.
Semua
murid langsung duduk seperti semula.
“ah
iya, kata Abah ada santri baru ya?” Tanya ustadz yang bernama ustadz Akbar.
“na’am
ustad, santriwati.”jawab Rara seraya berdiri dan langsung duduk kembali setelah
menjawab pertanyaan ustadz Akbar.
“baiklah
ayo maju untuk perkenalan diri kepada teman-teman barumu.”
Nadya
langsung maju kedepan tepat disamping meja guru, seketika didalam kelastersebut
mulai terdengar suara bisik-bisik dari santriwati dari barisan bangku paling
pojok belakang.
“tolong
yang dibelakang diam!!” ustadz Akbar mengeluarkan suara yang terdengar keras.
Ustad Akbar akan marah jika menemukan santriwan atau santriwati yang tidah
disiplin.
“kelaspun
langsung terasa sunyi tak ada sedikitpun suara yang terdengar sedangkat
santriwati yang berbicara tersebut langsung menunduk terdiam dibangkunya.
“lanjutkan
nak.” Kata ustadz Akbar pada Nadya.
“Assalammu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.”Salam Nadya dengan sopan. Memang sejak kejadian
tadi subuh, ia sudah bertekad pada dirinya sendiri untuk mulai hijrah dan
memperbaiki dirinya sendiri. Ia pun sudah sadar dengan kesalahan yang ia perbuat
sebelumnya, setelah mendengar cerita dari Asyfa semalam.
“Wa’alaikum
salam warohmatullahi wabarokatuh.”jawab salam dari seluruh santriwati dan san
santriwan beserta ustadz Akbar.
“perkenalkan
nama saya NADYA ALYSSA PUTRI, saya pindahan dari Jakarta. Sekian, Wassalam
mu’alaikum warohmatulklahi wabarokatuh.” Nadya memperkenalkan diri dengan
singkat dan diakhiri dengan salam.
“Wa’alaikum
salam warohmatullahi wabarokatuh.”jawab salam semuanya.
“yasudah,
nak Nadya silahkan kembali ketempaat duduk kamu.”Nadya langsung kembali
ketempat duduknya.Uastadz Akbar langsung memulai pembelajaran Aqidah Akhlak.
Tak terasa tiga jam berlalu, bel
istirahat berbunyi. Ustadz Akbar langsung mencukupi pembelajaran dengan
mengucap salam dan dijawab oleh seluruh santri kelas tersebut.
Nadya, Asyfa, dan Rara bergegas
menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang terus berbunyi. Sesampai mereka
dikantin, mereka langsung menempati meja kantin yang masih kosong.
“ah
iya, kebetulan hari ini hari pertama aku masuk sekolah, giman kalau aku yang
traktir, sebagai ucapan terima kasih dari aku untuk kalian karena kalian mau
bantu kesulitan akau dari semalem. Gimana?” tawar Nadya yang dibalas dengan
senyuman lembut Asyfa dan tatapan berbinar dari Rara.
“beneran
Nad? Asyiik, kebetulan banget, uang saku aku udah menipis.Mana jadwal orang tua
akau ngirim uang ke aku masih lima hari lagi, uuuh pusing deh, mana aku masih
kekurangan buku tulis.”Rara mengeluarkan keluhaannya pada Nadya dan Asyfa.Ia
benar-benar pusing mengatur uang sakunya yang mulai menipis.
“iya
beneran aku yang teaktir.”jawab Nadya dengan senyumannya.
“kamu
yang sabar ya Ra, aku juga sama kok, uang saku aku mualai menipis. Bahkan aku
bakalan dikirimin uang sama orang tua aku minggu depan.” Asyfa ngelus punggung
Rara.
“huh,
gini nih susahnya jadi santri. Harus pinter-pinter ngatur uang saku.”Kata Rara
dan Nadya hanya tersenyum menatap Asyfa dan Rara.
“udah,
jangan sedih lagi. Oh iya, jadi kalian mau makan apa. Kan, aku yang mau traktir
kalian.”Nadya berdiri tepat didepan Asyfa dan Rara.”
“aku
mau nasi goring pedas sama air mineral aja, supaya cepet kenyang. Hehe.”Rara
menyebutkan pesanannya.
“aku
samain aja sama Rara.” Asyfa menyebutkan pesanannya.Nadya langsung bergegas
menuju abang penjual nasi goreng.Setelah mendapatkan pesanannya, Nadya kembali
ketempat Asyfa dan Rara sambil membawa nampan yang yang berisi pesanan mereka.
Setelah makanan mereka habis, mereka
langsung kembali ke kelas, karena bel masuk akan berbunyi sekitar dua menit
lagi.
Saat berada didalam kelas, dan Nadya
langsung duduk dibangkunya. Tak lama tiga orang santri wati menghampiri Nadya
dan berdiri tepat di depan meja Nadya. Nadya langsung menatap ketiga santri
tersebut dengan pandangan bingung.
“heh,
kamu kan yang namanya Nadya?.”Tanya salah satu dari ketiga santri tersebut yang
penampilannya paling mencolok diantara kedua temannya.
“iya,
memangnya kenapa?Dan kalian siapa?” sungguh, Nadya tidak takut dengan tatapan
tajam ketiga santri tersebut.
“kamu
santri baru kan disini, kamu nggak tau kita siapa? Kita ini, santri terpopuler
di sekolah ini.Dan nama aku Risa, anak kelas XI IPS.”Kata ketiga santri
tersebut dengan sombong.
“terus
apa pentingnya buat aku, mau kalian popular kek, ngetop kek, atau apalah itu.
Nggak penting buat aku.”Sifat asli Nadya yang suka berbicara pedas mulai keluar
kembali.
“heh
kok kamu nyolot sih, kamu berani sama kita!” bentak alah satu dari mereka yang
langsung menjadi perhatian seluruh santri yang di dalam kelas tersebut.
“buat
apa aku takut sama orang seperti kalian, dan sorry aja, aku nggak punya waktu
buat ngeladenin kalian. Nggak penting banget.” Nadya berdiri dari duduknya dan berniat
keluar dari kelas karna merasa gerah dngan situasi tersebut, namun saat akan
melangkah tangannya langsung ditahan oleh santri yang bernama risa, gadis yang
dandanannya tidak mencerminkan anak santri. Dengan rok diatas mata kaki, baju
yang sudah mulai memperlihatkan bentuk tubuhnya walaupun baju seragam tersebut
berlengan panjang, dan jilbab yang tipis.
“lepas.”
Kata Nadya dengan aura yang dingin, Nadya paling tidak suka jika ketenangannya
diganggu.Tak segan-segan, Nadya pernah membuat orang masuk UGD karna merasa
dirinya terganggu.
Risa
tidak mengindahkan kata Nadya, justru Risa langsung mendorong bahu Nadya hingga
punggungnya membentur tembok kelas.
Asyfa
dan Rara yang melihat hal itu langsung menolong Nadya.
“RISA!
Kamu apa-apaan sih hah, kamu nggak ada kerjaan lain apa.” Walaupun Rara
memiliki sifat yang paling kekanakan, dia akan sangat tegas bila melihat
seseorang yang bererti dihidupnya diganggu oleh orang lain.
“kenapa?
Kamu nggak terima aku gangguin dia, dan lagi pula kamu kenapa sih belain dia.
Dia itu belum ada sehari di pondok ini.”Risa tidak takut dengan gertakan dari
Rara.
“iya,
aku nggak terima kamu perlakuin SAHABAT aku kayak gini.” Rara menjawab dengan
penekanan pada kata “SAHABAT”.
“hahahaha,
aku nggak percaya tuh, yakali jadi sahabat dalam setengah hari.” Ucap Risa dan
tertawa diikuti oleh kedua temannya.
“inget
ya Risa, sahabat nggak mandang waktu. Tapi sahabat itu dilihat dari kesetiaan
dan saling percaya.” Kali ini Asyfa yang langsung angkat bicara, ia tidak
terima persahabatannya diragukan olegh orang lain, apalagi oleh orang yang
selalu mencari sensasi dipondok tersebut.
Seketika
Risa dan kedua sahabatnya terdiam.
“lagi
pula tujuan kamu ke kelas inituh apaan sih. Nggak jelas banget.”Sambung Rara
dengan sinisnya.
“aku
sama temen aku mau buat perhitungan sama sahabat
kamu yang namanya Nadya itu, jadi cewek jangan sok kecantikan deh, sok
tebar pesona lagi. Murahan tau nggak.”Jawab Risa dengan enteng dan membuat
semua santri berbisik-bisik.Tanpa mereka sadari tanagan Nadya sudah terkepal
menahan amarahnya.
“DIAM!!!”
habis sudah kesabaran Nadya. Harga dirinya sudah diinjak-injak oleh orang yang
bahkan takidak ia kenal.
Seketika kelas menjadi hening dengan
bentakan keras dari Nadya.
“CUKUP
YA, KALIAN UDAH KELEWATAN!”bentak nadya yang sudah maju lebih dekat dengan Rasa
dan kedua temanmya.
“DAN
KAMU RISA! KAMU BILANG AKU MUARAHAN. KAMU NGGAK PUNYA KACA HAH? KAMU SADAR,
KAMU ITU SANTRI. APA IYA, SEORANG SANTRI BERPRILAKU TIDAK SOPAN? APA IYA
SEORANG SANTRI BERPENAMPILAN SEPERTI ORANG YANG TIDAK TAU AURAT?. KAMU ITU
DISEKOLAHKAN TAPI KAMU TIDAK BERPRILAKU SEPERTI ORANG YANG BERPENDIDIKKAN!”
mendengar bentakan Nadya, Risa dan kedua temannya langsung pucat, niatnya
membuat Nadya malu, justru ia sendiri yang malu.
“SEKALI
LAGI AKU PERINGATKAN. JANGAN PERNAH KALIAN CARI MASALAH SAMA AKU ATAUPUN SANTRI
YANG LAIN, KALAU SAMPAI ITU TERJADI, SIAP-SIAP SAJA KALIAN DIKELUARKAN DARI
PONDOK PESANTREN INI.” Setelah memberi peringatan, Nadya langsung menarik
tangan Asyfa dan Rara keluar dari kelas, karena bel pulang sudah berbunyi.Memang,
dalam sehari hanaya ada dua mata pelajaran.Sehingga, para santri langsung dapat
bersiap untuk sholat zuhur.
******************************
Sesampai mereka di kamar asrama,
Nadya langsung merebahkan tubuhnya diatas ranjangnya.Sedangkan Asyfa dan Rara
duduk tepat disamping Nadya.
“Nadya,
kamu yang sabarya. Aku ngerti, kamu pasti sakit hati sama Risa.” Nadya langsung
terduduk mendengar perkataan Rara.
“iya,
kamu yang sabar ya.” Asyfa mengelus pundak Nadya.Nadya mengangguk seraya
tersenyum.
“iya,
Insyaallah aku akan terus bersabar. Tapi, kalau mereka udah kelewatan aku akan
langsung lapor ke Abah.”Kata Nadya menggebu-gebu.
“iya.
Oh iya, ayo kita siap-siap untuk sholat zuhur.” mereka langsung bergegas
mengambil air wudhu.
Sesampai mereka di masjid, mereka
langsung melaksanakan sholat sunnah. Setelah sholat sunnah, imam langsung
berdiri diikuti oleh seluruh santriwan dan santri wati untuk meluruskan sab
sholat.
Setelah melaksanakan sholat zuhur
disusul dengan sholat sunnah, Asyfa dan Rara langsung mengajarkan Nadya membaca
Al-Qur’an. walaupun Nadya sedikit kesulitan, tapi Nadya tidak pantang menyerah.
Setelah satu jam mengaji, dan masjid
sudah terlihat sepi, mereka langsung bergegas kembali ke asrama. Sesampai
mereka di asrama Nadya langsung melanjutkan belajar membaca Al-Qur’an. Rara dan
Asyfa yang berniat istirahat tidur siang, namun saat melihat Nadya yang terlihat
giat untuk bisa membaca Al-Qur’an dengan baik, Asyfa dan Rara langsung
menghampiri Nadya yang sedang membaca suroh Al-Baqarah dengan khusyuk.
Walaupun hanya dalam satu jam, Ndya
sudah dapat membaca Al-Qur’an dengan cukup baik, karena dengan kesungguhannya.
Dan berkat ingatannya yang masih mengingat huruf-huruf hija’iyahyang diajarkan
oleh papanya saat masih SD.
Jam sudah menunjukkan pukul 13:35.
Nadya menyudahi membaca Al-Qur’an yang ia lakukan dengan di ajarkan oleh Rara
dan Asyfa.
“Alhamdulillah.Walaupun
dengan waktu yang singkat kamu bisa membaca Al-Qur’an dengan cukup baik.”Kata
Asyfa dengan tersenyum.
“iya,
aku salut dengan kegigihan kamu yang ingin lancer membaca Al-Qur’an.” Sahut
Rara dengan tersenyum hingga memperlihatkan lesung pipinya.
“Alhamdulillah,
ini juga berkat kalian. Terima kasih karena kalian sudah mau bantu aku untuk
bisa membaca Al-Qur’an dengan baik. Aku sangat bersyukur kepada Allah, yang
sudah mengirimkan sahabat- sahabat seperti kalian.”Ucap Nadya dengan mata yang
berkaca- kaca.
Asyfa
yang mendengar perkataan Nadya yang sungguh menyentuh hatinya, langsung
meneteskan air matanya. Begitupun dengan Rara, ia langsung memeluk Asyfa dan
Nadya.
“aku
juga sangat-sanagat bersyukur kepada Allah karna mempertemukan kia menjadi
sahabat. Dan aku berharap kita bisa menjadi sahabat sampai disurga- Nya.”Ucapan
Asyfa membuat tangis Nadya dan Rara lagsung pecah.
Nadya melepas pelukannya dan menatap
Asyfa dan Rara secara bergantian.
“terimakasih
sudah mau menjadikan aku sebagai sahabat kalian, walaupun kalaian tau bagaimana
kenakalan yang aku lakukan sebelum aku masuk ke pesantren ini.” Nadya menghapus
air matanya. Asyfa dan Rara hanya menganggukkan kepala, karena tadak bisa
berkata-kata lagi.
******************************
Tak terasa, seminggupun berlalu.
Persahabatan Nadya, Asyfa, dan Rara semakin erat. Mereka saling melengkapi satu
sama lain.Saat ada masalah mereka selalu saling melindungi dan saling membantu.
Setiap haripun Asyfa dan Rara tidak
pernah absen membantun Nadya untuk menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara
muroja’ah Al-Qur’an dari surah yang mudah dihafalkan oleh Nadya seperti juz 30.
Nadya tak hentinya beryukur karna
memiliki kemampuan menghafal yang kuat, karna walau dalam seminggu ia dapat
menghafal satu juz, tak lupa ia juga selalu bersyukur dengan kehadiran kedua
sahabatnya, karna jika bukan karna sahabatnya yang selalu membantu dan
menyemangati dirinya untuk selalu berusaha, mungkin ia akan sangat kesulitan
menjalani kehidupannya dipondok pesantren dan menghafl ayat-ayat Al-Qur’an
dengan baik.
Di setiap hari minggu, pondok
pesantren tersebut selalu melakukan kegiatan bersih-bersih. Ada yang mendapat
bagian mencuci piring, menyapu aula, menyapu halaman belakang asrama, menyapu
lapangan, menyapu halaman depan, membersihkan kamar mandi, dan menyiram
tanaman. Ada juga yang mendapat bagian pergi kepasar yang dekat dengan pondok
yang jaraknya kurang lebih 500 meter, ada juga yang mendapat bagian memasak
yang pastinya akan dibantu oleh kak Jihan yang merupakan anak ke-dua dari Abah
dan Umi yang merupakan pemilik pondok pesantren tersebut.
Kini, Nadya, Asyfa, dan Rara
mendapat bagian membersihkan kamar mandi yang berjumlah sepuluh bilik kamar
mandi.
“WHAT!!
Asyfa, Rara. Kita beneran bakalan bersihin semua kamar mandi ini?” Tanya Nadya
menjerit saat melihat keadaan kamar mandi yang baud an lumayan kotor.
“iya,
emangnya kenapa?” jawab Rara dengan enteng, memang Asyfa dan Rara sudah
terbiasa dengan kegiatan tersebut.
“Iiih
aku nggak mau ah, ini itu kotor tau.”Jawam Nadya dengan sebal.
“nah,
justru karena koror kita bersihin. Ya kali kita bersihin kamar mandi yang udah
bersih.”Sahut Rara dengan nada bicara yang menurut Nadya sungguh menyebalkan.
“Iiiih,
kotor sih kotor, tapi nggak sekotor ini juga. Ini tuh kayak kamar mandi yang
udah setahun nggak di bersihin.” Nadya tetap ngotot tidak mau ikut membersihkan
kamar mandi.
“udah
jang bangan banyak bicara ah, kapan mau selesainya kalau kita cuma ngelihatin
kamar mandinya doang.” Perkataan Rara mendapat pesetujuan dari Asyfa, sedangkan
Nadya hanya pasrah dan dengan sangat terpaksa ikut membersihkan kamar mandi
yang enurutnya sangat kotor tersebut.
Setelah 45 menit membersihkan kamar
mandi, Asyfa, Nadya, dan Rara tersenyum melihat seluruh kamar mandi yang
tadinya sangat kotor, kini sangatlah bersih.Baju mereka tampak sudah basah oleh
keringat dan air yang mereka gunakan saat membersihkan kamar mandi.
“Alhamdulillah,
selesai juga.”Asyfa mengucap syukur dan di susul oleh Nadya dan Rara.
“Asyfa,
Rara. Ke kamar yuk, ambil perlengkapan mandi kita. Aku udah gerah banget pengen
mandi.” kata Nadya sambil mengibaskan kedua tangannya didepan wajahnya,
menandakan ia benar-benar merasa gerah.
“yaudah
ayo.” mereka pun langsung berlalu menuju kamar untuk mengambil perlengkapan
mandi mereka tak lupa membawa baju serta jibab ganti mereka.
Setelah membersihkan diri, mereka
langsung bergegas menuju dapur untuk mengambil makan siang karna waktu sudah
menunjukkan pukul 11:15 dan sebentar lagi akan masuk waktu zuhur.
Sesampai mereka didapur, mereka
langsung mengambil nasi beserta lauk pauk tak lupa mengambil air minum.Saat
mereka sudah mengambil nasi dan air minum, mereka langsung menuju ruang makan
dan mendudukkan diri mereka dilantai yang sudah dilapisi tikar tipis. Memang
ruang makan tersebut tidak tersedia meja makan, karena dengan mereka duduk
beralaskan tikar, mereka akan merasakan bagaimana kebersamaan dalam hal
kesederhanaan. Apalagi pada saat semua santriwati melakukan buka bersama saar
bulan puasa. Mereka semua akan berbuka bersama tidak menggunakan piring,
melainkan menggunakan daun pisang, dimana satu daun pisang untuk sepuluh porsi
santriwati.
Dapur santriwan dan santriwati
terpisah, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan karna terlalu sering
bertemu. Dan juga mempermudah untuk santriwati yang menggunakan cadar saat akan
makan.
Saat Nadya, Asyfa, dan Rara selesai
membaca do’a akan makan, datanglah seorang gadis dengan anggunnya duduk tepat
disamping Nadya yang otomatis berhadapan dengan Rara, karna Nadya duduk
berhadapan dengan Asyfa.
“Assalammu’alaikum.”
Gadis tersebut tersenyum sambil menatap Nadya, Rara, dan Asyfa bergantian.
“Wa’alaikum
salam.” Jawab mereka bersamaan.
Asyfa dan Rara
tersenyum lebar mengetahui kalau yang datang adalah orang yang selalu membantu
mereka. Sedangkan Nadya, terbingung menatap gadis tersebut.
Merasa
diperhatikan, gadis tersebut menatap keaarah Nadya tetap dengan senyuman
hangatnya.
“sepertinya aku
belum pernah melihat mu. Apa kamu santri baru yang datang satu minggu lalu ya?”
Tanya gadis tersebut dan dibalas anggukan oleh Nadya.
“kalau begitu,
perkanalkan nama aku JIHAN IFTINAN, kamu bisa panggil aku kak Jihan.” Ya, gadis
tersebut adalah JIHAN, gadis yang sering membantu santriwati yang mendapat
bagian memasak.
“kalau aku NADYA
ALYSSA PUTRI.”kata Nadya dengan tersenyum.
“nah Nadya, kak
Jihan ini anak kedua dari Abah dan Umi. Kak Jihan ini juga yang akan bantuin
kita memasak untuk acara makan bersama yang akan diadakan minggu besok. Kamu
ingetkan hasil rapat yang aku bulang seminggu yang lalu?Acara menyambut anak
Abah dan Umi yang pertama yang juga kakak dari kak Jihan.”Jelas Rara dengan
panjang lebar.
“iya, aku inget
kok.” Jawab Nadya singkat.
“oh iya, apa
kalian tidak keberatan kalau kak jihan ikut gabung makan siangnya?, nggak eanak
makan sendiri. Hehehe” Tanya kak jihan meminta izin pada mereka.
“tentu kak, ayo
kita makan bareng, lebih rame lebih seru.” Jawab Asyfa yang disetujui oleh
Nadya dan Rara.Merekapun makan dengan nikmat.
Setelah mereka makan siang bersama,
kak jihan langsung pamit untuk pulang kerumah, karna Uminya sedang sendiri
sedangkan Abahnya sedang ada acara diluar pondok pesantren.
Nadya, Asyfa, dan Rara langsung
bergegas bersiap untuk sholat zuhur karena watu sudah menunjukkan pukul 11:50.
Sesampai mereka di masjid, mereka
langsung melanjutkan hafalan Al-Qur’an mereka. Asyfa melanjutkan hafalannya
yang sudah 20 juz, Rara melanjutkan hafalan Al-Qur’an nya yang sudah 17 juz,
dan Nadya yang baru dapat menghafal satu juz. Mereka tampakl sangat khusyk saat
membaca satu demi satu ayat Al-Qur’an.
Mendengar suara Adzan, mereka
langsung menyudahi membaca Al-Qur’an mereka dan langsung menjawab suara Adzan
yang berkumandang dengan merdunya.
Setelah melaksanakan sholat zuhur,
mereka bertiga tetap berada didalam masjid dan melanjutkan hafalan Al-Qur’an
mereka.Saat waktu sudah menunjukkan pukul 14:10 mereka menyudahi kegiatan
menghafal mereka dan segera menuju kamar asrama mereka.
Sesampai mereka dikamar asrama,
mereka langsung merbahkan tubuh mereka diranjang mereka masing-masing.
“uuuh,,, badan
aku pegel semua, pasti gara-gara bersihin kamar mandi yang kotornya ngelebihin
kamar mandi umum.” Gerutu Nadya sambil memijit kakinya.
Asyfa yang
mulanya akan tertidur, langsung membuka matanya dan menghampiri Nadya.
Sedangkan Rara sudah tertidur dengan pulasnya.
“Nadya, aku juga
dulu waktu baru masuk pondok kayak kamu, tapi lama kelamaan kamu akan terbiasa
dengan kegiatan yang ada dipondok ini.”Asyfa membantu memijit kaki Nadya.
“hmmmmm Asyfa,
kamu cerita dong, gimana kejadiannya kamu bisa masuk kepesantren ini.” Pinta
Nadya yang penasaran dengan alas an Asyfa bisa masuk kepesantren tersebut.
Mendengar
perkataan Nadya seketika wajahnya memucat dan secara tak sadar tangannya yang
memijit kaki Nadya seketika terhenti.
Melihat
perubahan raut wajah Asyfa, Nadya langsung terbingung.
Tangan Nadya
langsung menyentuh bahu Asyfa yang terlihat melamun.
“Asyfa kamu
kenapa?Kok muka kamu pucet, kamu sakit ya?”Tanya Nadya y6ang membuat Asyfa
tersadar dari lamunannya.
“hah, nggak kok.
Aku nggak sakit.”Asyfa menggelengkan kepalanya.
“Nadya, kalau
aku cerita kenapa aku bisa masuk kepesantren ini, kamu janji ya jangn ngehindar
dari aku?” pinta Asyfa sambil menatap Nadya.
“iya aku nggak
akan jauhin kamu kok, lagi pula buat apa aku jauhin kamu.” Kata Nadya dengan
bingung.
“dulu…. Aku
sangat menyukai dunia malam, minum alcohol, pacaran, pakai pakaian mini.Aku
mengenal dunia malam saat aku berumur 15 tahun, saat itu aku hanya mencari
pelampiasan dari rasa sakit hati akau saat melihat dengan mata kepala aku
sendiri papa dan mama aku bertengkar dengan hebatnya. Saat itu aku belum
mengetahui apa sebab mereka bertengkar. Itu sungguh sangat membuatku terpukul.”
Cerita Asyfa terhenti sejenak karna tangisnya yang tak dapat ia tahan lagi,
Nadya yang mendengar cerita Asyfa dan melihat Asyfa meneteskan air mata pun iku
menangis.
Rara yang
sebelumnya tertidur langsung terbangun mendengar isak tangis yang terdengar
pilu.Saat mengetahui siapa yang menangis, Rara langsung menghampiri Asyfa dan
Nadya yang terlihat berantakan dengan mata yang sembab.
“loh kalian
kenapa?” Tanya Rara terheran dan duduk tepat disamping Asyfa yang mulai bisa
mengontrol tangisnya.
“aku-cerita-ke-Nadya.
Kejadian- yang-membuat-aku-bisa-masuk-ke-pesantren-ini.”Jawab Nadya sesegukkan.
Mendengar itu,
Rara langsung mengelus punggung Asyfa.Rara memang sudah mendengar cerita pilu
dari Asyfa saat Asyfa baru datang kepesantren tersebut.
Asyf menarik
nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, dan mulai melanjutkan ceritanya.
“hari demi hari,
mereka tetap selau berantem. Akupun semakin tidak terkendalikan dengan selalu
pulan larut malam, bahkan aku sering pulang pagi.
Dan setelah satu
bulan lamanya, mereka baru menyadari kalau aku selalu pulang larut malam.Papa
langsung menampar pipiku, hatiku samangat hancur.Kemana papa yang selalu lembut
kepadaku, kemana mama yang selalu memperhatikanku.
Karna aku sudah
tidak kuat, aku memilih pergi dari rumah tanpa membawa apa-apa.Bahkan aku hanya
berjalan kaki dan berjalan tanpa arah.Aku baru menyadari saat aku sudah berada
disebuah gang kecil yang gelap.Aku terus berjalan, samar-samar aku melihat dari
kejauhan ada segerombolan preman berb adan kekar sedah menatapku dengan
pandangan yang menurutku sangat menjijikkan.Aku langsung berlari saat melihat
mereka mulai mendekatiku.Aku sangat ketakutan, saat aku sudah berada dipinggir
jalan raya yang sudah sepi, mereka masih mengejarku.Mereka berjumlah tujuh
orang sedangkan aku hanya sendiri dengan ketakutan. Tenagaku sudah hamper
habis, aku sudah tak kuat berjalan lagi. Mereka langsung menyeretku dengan
kasar.Mereka merobek bajuku sampai
setengah, karna tiba-tiba varo sepupuku datang dan langsung menghajar mereka
habis-habisan. Varo langsung melepashan jaketnya dan memasangkan ditubuhku yang
setengah terbuka.Aku menangis dipelukannya, aku sangat ketakutan.Varo
mengantarku pulang, sampai dirumah, mama langsung histeris melihat keadaanku
begitupun dengan papa, papa langsung menggendongku menuju kamar. Papa langsung
meminta maaf kepadaku saat setelah mendengar cerita varo, mama langsung
memelukku yang menangis dengan kencang. Papa dan mama langsung berjanji
kepadaku kalau mereka tidak akan pernah bertengkar lagi dan selalu
memperhatikanku.
Ada rasa bahagia
saat mereka berdua kembali akur.tapi, aku sangat trauma dengan kejadian malam
itu. Aku langsung histeris ketakutan saat melihat laki-laki walaupun itu adalah
keluargaku.Aku bahkan pernah mencoba bunuh diri karna aku merasa sangat jijik
kepada diriku sendiri.Melihat keadaan aku yang semakin hari semakin memburuk
papa dan mama langsung membawaku ke psikeater untuk menghilangkan trauma yang
aku alami.Aku terus berobat sampai kurang lebih empat bulan lamanya.
Saat itu aku
langsung sadar, betapa pentingnya menjaga auratku. Aku langsung selalu
menjalankan solat lima waktu, memulai menjaga aurat,dan memperdalam ilmu agama.Aku
piker-pikir, lebih baik aku masuk pondok pesantren untuk lebih memperdalam ilmu
agama. Mama dan papa menyetujui keinginanku untuk masuk pondok pesantren.”
Asyfa mengakhiri ceritanya.Nadya yang mendengarkan cerita Asyfa tersebut merasa
salut dengan perjuangannya.
“Nad, kamu nggak
baklan jauhin aku kan karna dengerin cerita aku yang hampir,,,,
“nggak, justru
aku bangga karna mempunyai sahabat yang kuat seperti kamu Asyfa, begitupun kamu
Ra.” Nadya memotong ucapan Asyfa.
Merekapun
langsung saling berpelukan dan tertawa bahagia.
******************************
Tak terasa, satu minggupun berlalu.Kini
semua santriwan dan santriwati, disibukkan dengan acara penyambutan anak
pemilik pondok pesantren.
Pagi ini, lebih tepatnya pukul
10:16. Nadya, Asyfa, Rara, dan kak Jihan sedang disibukkan dengan berbelanjan
untuk bahan-bahan memasak nanti. Saat merasa sudah cukup, merekapun langsung
menuju mobil milik kak Jihan.Dalam perjalanan, mereka tampak asyik bercanda dan
saling menjaili, terlebih Rara yang hobinya menjaili Nadya, sedangkan Nadya
hanya pasrah dengan kejahilan Rara.
Sesampai mereka dipondok pesantren,
mereka langsung bergegas menuju dapur dan mulai memasak.Di dapur, Nadya sudah
tak sabar untuk menyentuh alat-alat dapur dan memasak. Walaupun Nadya sedikit
tomboy, tapi ia sangat lihai dalam memasak. Apalagi kalau membuat kue, ia
sangat pandai dalam hal itu.
Saat mereka sampai didapur, mereka
langsung memulai memasak, Nadya langsung memulai memasak dengan cekatan.Bahkan
kak Jihan yang sudah pintar memasak, terbengong melihat kelihaian Nadya dalam
memasak.Terlebih Rara dan Asyfa yang melihat Nadya dengan mulut terbuka, bahkan
Rara sampai meneteskan air liurnya tanpa sadar.
Nadya yang
menyadari sahabatnya terbengong, dengan sengaja dia memukul spatula yang ia
bawa dengan panic penggorengan, hingga Rara, Asyfa, dan kak Jihan langsung
terkaget.
“HAHAHAHA…HAHAHAHA….”
Tawa Nadya langsung pecah seketiha.
“NADYA!!” teriak
Rara, Asyfa, dan kak Jihan dengan serentak.
“Ish, kamu jail
banget sih, kan kita kagum lihat kamu yang lihai saat memasak.”Kata Rara dengan
cemberut.
“hehehe… maaf,
maaf. Hehehe” Nadya hanya menyengir saat ditatap Rara dengan pandangan sebal.
“ah,
sudah-sudah. Ayo kita lanjut lagi masaknya, biar cepat selesai.”Kata kak Jihan,
dengan lembutnya.
“SIAP
KAK JIHAN!”jawab mereka dengan semangat tinggi.
Satu jam kemudian, mereka menatap dengan puas
hasil masakan mereka. Nadya mengalihkan pandangannya pada jam yang melingkar
dengan cantiknya dipergelangan tangannya. Nadya begitu terkejut melihat jam
sudah menunjukkan pukul 12:20.
“ASTAGA!,
kita udah telat sholat zuhur berjamaah.” Rara, Asyfa, dan kak Jihan langsung
segera bergegas meninggalkan dapur, menyusul Nadya yang sudah lari lebih dulu
menuju kamar asrama. Kebetulan kak Jihan memutuskan menginap untuk semalam
dikamar Nadya, Rara, dan Asyfa, dan kak Jihan akan tidur satu ranjang dengan
Nadya yang memiliki ranjang yang muat untuk dua orang.
Sesampai mereka didalam kamar
asrama, mereka bergegas mengambil mukena, dan langsung mengambil air wudhu.
Saat mereka memasuki masjid, masjid
sudah tampaka sepi.Karena mereka yang telat datang ke masjid. Para santri yang
biasanya mengaji setelah sholatpun lagsung menuju aula, tempat acara
penyambutan akan dilaksanakan.
Mereka ber-empat langsung
melaksanakan sholat zuhur secara berjama’ah, dengan kak Jihan sebagai imamnya.
******************************
Acara yang dinantikan pun tiba,
mereka sangat antusias dengan acara penyambutan anak dari pemilik pesantren
tersebut yang merupakan anak Abah dan Umi, kak Jihan pun sudah sangat tidak
sabar ingin bertemu dengan sang kakak setelah tiga setengah tahun lamanya tidak
bertemu.
Kak Jihan yang bertugas menjemput
kakaknya dibandara, langsung menarik tangan Nadya untuk ikut bersamanya menuju
bandara. Dengan alasan, kak Jihan belum pernah pergi sendiri keluar dari
pesantren kecuali kepasar, itupun ia selalu ditemanai oleh Asyfa ataupun Rara.
Sesampai kak Jihan dan Nadya
dibandara, mereka berdua celingukan melihat ramainya bandara.
“hmmmm, kak
Jihan. Kakaknya kak Jihan itu gimanasih? Kan aku nggak tau rupanya kayak
gimana.” Kata Naday yang langsung membuat kak Jihan menepuk pundaknay, kak
Jihan langsung memperlihatkan selembar foto seorang pemuda yang berkulit putih,
berhidung mancung, mata yang bulat dengan bulu mata yang lentik.
“hmmmm, mana
ya.” Nadya celingukan meneliti setiap orang yang berlalu-lalang.
“KAKAK!” Nadya
langsung tersentak kaget mendengar teriakan dari kak Jihan yang berlari menuju
seorang pemuda yang berbadan tinggi dan tegap, dengan wajah yang mirip dengan
foto yang ia pegang. Entah mengapa, ia merasa hengat saat matanya menatap mata
kakak dari kak Jihan yang kebetulan sedang menatapnya juga.
Nadya yang
tersadar bahwa apa yang ia lakukan termasuk zina mata, Nadya langsung
mengucapkan Istigfar dalam hati.
Nadya langsung
menunduk saat mengetahui kak Jihan menggandeng tangan pemuda tersebut.
“Nadya, ini dia
kakak nya kak Jihan.Yang sedari tadi kita cari.” Ucap kak Jiha dengan tersenyum
pada Nadya dabn dibalas senyuman manis dari Nadya.
“ah yasudah ayo
kita pulang, kita sudah ditunggu sama yang lain dipondok.” Kak Jihan dan pemuda
tersebut lebih dulu berjalan dan disusul Nadya dibelakangnya.
Nadya terus memperhatiakn kak Jihan
dan kakaknya dari belakang, ia bahagia melihata kak Jihan bahagia. Merekapun
langsung memasuki mobil, kak Jihan duduk dibagian samping kemudi, Nadya duduk
dibagian kemudi, dan kakaknya kak Jihan berada dibelakang karena kak Jihan yang
memaksa untuk kakaknya beristirahat.
Di tengah perjalanan, yang dimana
melewati jalan yang sepi. Tiba-tiba, doa motor dengan pengemudi berbaju hitam
menghadang mobil mereka. Terlihat wajah kak Jihan memucat, Nadya tampak biasa
saja, karena dia sudah biasa dalam hal berkelahi sedangkan yang duduk dibagian
belakang menunjukkan raut wajah yang sulit untuk ditebak.
“astaga Nad,
kita dihadang sama preman. Aku takut Nad. Kak aku takut gimana dong.”Kak Jihan
sudak sngat terlihat pucat.
“dek, kamu
tenang dulu ya. Jangan terlalu panik.Istigfar dek.” Kata sang kakak menenangkan
kak Jihan.
Nadya sedang fokus melihat para
preman yang berjumlah empat orang. Nadya hanya tersenyum miring melihat salah
satu diantara mereka sudah mengeluarkan pisau lipatnya dan menggedor pintu
mobil menginstruksi untuk keluar dari dalam mobil.
Nadya dengan
santainya keluar sambil mengangkat kedua tangannya bertanda ia pasrah, para
preman tidak mengetahui kalau sisi kejam dari Nadya sudah keluar, dan menyerah
adalah salah satu taktiknya.
Kak Jihan sudah
mengeluarkan air mata ketakutannya.Sedangkan kakak dari kak Jihan dengan santai
keluar dari mobil dengan tangan berada didalam kantong celananya.
Nadya melihat
salah satu dari preman tersebut menyentuh dagu kak Jihan dan langsung diberi
bogeman dari kakaknya.Preman tersebut menyerang dengan mengeroyok kakak nya kak
jihan.
“KAK ALI, AWAS!”
teriak kak Jihan saat melihat dari arah belakang kakaknya ada preman yang sudah
membawa balok kayu dan siap melayangkannya pada kepala kakaknya yang bernama
ALI.
Saat balok itu
hampir melayang menuju kepala kak Ali, Nadya sudah lebih dulu menendang tangan
preman tersebut.Tak segan-segan, Nadya langsung menghabisi ke-empat preman
tersebut dengan dibantu kak Ali.Saat preman tersebut sudah terlihat btak
berdaya, preman tersebut langsung mengambil motor mereka dan melarikan diri.
“Nadya, kamu
nggak pa-pa kan? Ada yang luka?”Tanya kak Jihan secara beruntun.
“eh,
Alhamdulillah aku nggak pa-pa kok kak, dan nggak ada luka juga kok.” Nadya
tersenyum melihat kak Jihan yang sanagat khawatir dengan dirinya.
“kak Ali juga
nggak pa-pa kan?” Tanya kak Jihan yang masih terlihat sangat khawatir.
“kakak nggak
apa-apa kok dek, kamu jangan khawatir lagi.”mendengar jawaban kak Ali, kak
Jihan langsung tersenyum seraya mengangguk.
“yasudah, kalau
begitu ayo kita segera kembali kepondok pesantren. Pasti mereka semua khawatir
karna kita yang tidak sampai-sampai,” ajak Nadya.
“hmmm, kali ini,
biar kakak saja yang bawa mobilnya. Lagi pula ini sudah agak dekat dengan
pondok pesantren.”Ujar kak Ali, Nadya dan kak Jihan menyetujuinya dan merekapun
langsung melanjutkan perjalanan menuju pondok pesantren.
Setibanya ereka dipondok pesantren,
mereka langsung disambut oleh Abah dan Umi, tak lupa para santriwan dan
santriwati juga ikut menyambut kedatangan mereka.Nadya, kak Jihan, dan kak Ali
langsung keluar dari mobil dan menyalami Abah dan Umi.
“Assalammua’alaikum
Abah, Umi.” Salam mereka ber-tiga.
“Waalaikum salam
nak.”Umi langsung memeluk kak Ali, karena begitu rindu dengan anak peramanya
itu.
Kak Ali langsung
membalas pelukan Uminya.Ia juga sangat meridukan Uminya.
“yasudah, ayo
kita kemasjid untuk sholat ashar terlebih dahulu.” Ajak Abah karena melihat jam
sudah menunjukkan pukul 15:20.
******************************
Setelah
mereka melaksanakan sholat berjama’ah, dan Abah langsung yang menjadi
imam.mereka semua langsung menuju aula yang disana sudah tersedia berbagai
jenis makanan. Para santri terlihat bahagia saat melihat berbagai macam makanan
yang mereka sukai sudah tersedia.
Umi
langsung melayani Abah dengan mengambilkan nasi beserta lauk pauk. Kak Ali
sudah tidak sabar untuk menikmati makanan yang berciri khas Indonesia, karena
makanan di kairo mesir, tidak seenak makanan Indonesia yang kaya akan rasa
rempah-rempah.
Semuanay tertawa bahagia, begitupun
Nadya yang sangat-sangat bahagia karena seumur hidupnya, ia tidak prnah
sebahagia ini, tapi bukannya tidak pernah bahagia bersama kedua orang tuanya,
melainkan karena kedua orang tuanya yang sangat sibuk dengan pekerjaan
diperusahaan, ia jarang berkumpul bersama keluarganya, mungkin ia bisa
berkumpul dengan keluarganya tanpa ada pekerjaan atau urusan perusahaan hanya
satu kali setahun bertepatan dengan libur kenaikan kelasnya saja.
Semua makanan ludes habis dan
sanagat disukai semuanya, terutama kak Ali yang tampak sanagat menyukai kue
nastar coklat yang tentunya buatan Nadya, karena Nadya sendiri yang membuat
resepnya saat ia masih duduk dibangku SMP.
“kak Ali kelihatannya
sangat menyukai kue coklat itu.” Seru kak Jihan yang dengan tersenyum menggoda.
“iya kakak
sanagat menyukainya, memangnya ini buatan siapa?” jujur kak Ali dengan terus
memakan kue coklat yang tersaji didepannya.
“itu buatan
Nadya loh kak, dia sanagat pandai memasak, walaupun dia agak tomboy.” Kak Jihan
langsung menjawab pertanyaan dari kakaknya dengan sangat semangat, entah
mengapa ia sangat menyukai Nadya, dan melihat kecocokan antara kakaknya dengan
Nadya.
“hmmmm.” Kak Ali
hanya bergumam, karena entah mengapa saat ia mendengar nama gadis yang baru ia
kenal beberapa jam yang lalu membuat hatinya menghangat.
“kak, Nadya
cantik ya?” Tanya kak Jihan pada sangkakak, ia sengaja bertanya seperti itu,
untuk memancing kakaknya untuk lebih tertarik dengan Nadya.
“semua wanita
itu cantik dk=ek, kamu itu giamasih.” Mendengar jawaban sangkakak, kak Jihan
langsung cemberut.
“ish kakak mah,
kakak nggak tertarik gitu sama Nadya?” kak Jihan tidak mau main kode-kodean
dengan kakaknya yang kurang peka itu.
“dek, kok
pertanyaannya kayak gitu?”kak Ali balik bertanya.
“aku seneng aja
gitu kalau kakak beneran ada rasa sama Nadya. Menurut aku dia itu cewek yang
unik. Udah pinter bela diri, pinter masak, pemberani. Uuh pokoknya unik, gimana?Kakak
tertarik?”tawar kak Jihan.
Mendengar
perkataan adiknya, kak Ali langsung tertawa terbahak-bahak.
“HAHAHA…..HAHAHA…..dek,
kamu lucu deh, kamu promosiin temen kamu, kayak lagi promosiin buah-buahan
dipasar.” Kak Jihan langsung cemberut menatap sangkakak.
“iih kakak
nyebelin deh.” Dengan sebal kak Jihan, mencubit pinggang kakaknya.
“Awsss..sakit
tau dek. Kok kamu cubit kakak sih.”Kak Ali mengusap pinggangnya yang dicubit
oleh adiknya.
“biarin aja,
habisnya kakak nyebelin deh.” Seru kak Jihan dengan bibir yang cemberut.
“iya udah, kakak
minta maaf ya dek?” kak Ali meminta maaf kepada adiknya karena bersalah sudah
membuat adiknya kesal.
“iya-ya adek
maafin, tapi……kasih tau dulu, kakak suka nggak sama Nadya?” kak Jihan tetap
kekeh bertanaya.
“Hmm.”Kak Ali langsung
berdiri dan meninggalkan adiknya yang terbenging mendengar jawaban kakaknya.Iya
mendengar kakaknya berdehem dan sedikit menganggukkan kepalanya, yang berarti
kakaknya memang menyukai Nadya.
“AHHHH…” kak
Jihan langsung histeris dan tersenyum sanagat lebar.Para santri yang berlalu
lalang terheran meliha kak Jihan yang tiba-tiba teriak dan tersenyum dangan
lebar.
******************************
Malam haripun tiba, Nadya, Rara,
Asyfa, dan kak Jihan sedang bersantai didaam kamar asrama.Mereka sedang
melakukan tadarusan, mereka sangat khusyuk membaca ayat demi ayat suci
Al-Qur’an, bahkan Asyfa yang sangat menghayati meneteskan air matanya.
Mereka terus tadarus sampai tengah
malam.Mereka terdiam sejenak, hingga Nadya mulai membuka pembicaraan.
“kak Jihan, apa
Nadya boleh bertanya sesuatu?” Tanya Nadya dengan suara lembutnya.
“tentu, apa yang
mau kamu tanyakan, kalau aku bisa menjawabnya, Insya’allah aku akan
menjawabnya.” Nadya tersenyum mendengarnya, sedangkan Asyfa dan Rara dengan
serius mendengarkannya.
“apakah Allah
akan mengampuni dosa-dosa Nadya. Nadya sering berbuat tidak baik, Nadya sering
mukulin teman-teman Nadya waktu masih di SMA, Nadya sering menyusahkan mama dan
papa, Nadya sering membuat guru-guru Nadya kesal saat masih di SMA.Apakah Nadya
akan mendapatkan ampunan dari Allah?”Tanya Nadya dengan mata yang berkaca-kaca.
Kak Jihan
terdiam mendengar pertanyaan Nadya, kemudian ia langsung tersenyum dengan
lembut seraya berkata,
“tentu, kalau
kamu memang benar-benar memohon ampunan Allah, sungguh Allah maha pemaaf lagi
maha penyayang.” Jelas kak Jihan sambil mengelis punggung Nadya yang mulai
terisak.
“dalam salah
satu hadidits dalam Hadits Arba’in, yang menjelaskan tentang Luasnya Ampunan
Allah.
“Dari
Anas ra. Berkata, aku mendengar rasulullah saw. Bersabda, Allah swt. Berfirman:
‘Wahai anak Adam, selama engkau berdo’a
dan berharap kepada-Ku, niscaya Aku ampuni segala dosamu yang telah engkau
kerjakan dan Aku tidak pedulikan lagi’.
‘Wahai
anak Adam, jiakalau dosamu membumbungsetinggi langit lalu engkau meminta
ampunan-Ku, pasti ngkau Ku-ampuni.Wahai anak Adam, seandainya engkau datang
kepada-Ku dengan ksalahan sepenuh bumi, kemudian engkau bertemu dengan-Ku dalam
keadaan tidak menyekutukan-Ku sedikitpun, pasti Aku mendatangimu dengan ampunan
sepenuh bumi pula’.” (Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan ia berkata bahwa hadits
ini hasan shahih)
Dengan lancar
kak Jihan menjelaskan hadits tentang Luasnya Ampunan Allah.
Nadya yang
mendengar penjelasan kak Jihan, langsung memeluk kak Jihan.Asyfa dan Rarayang
mendengarkan sedari tadi dan melihat Nadya yang memeluk kak Jihan, mereka
langsung berpelukan bersama.
“terimakasih
kak, sekarang beban pikiran aku mulai berkurang. Sekali lagi terimakasih.”Nadya
melepas pelukannya dan tersenyum.Mereka tersenyum bersama.
Setelah mereka
ber-empat saling bercerita tentang hal-hal yang mereka anggap menarik, sampai
mereka mulai mengantuk memutuskan untuk tidur.
******************************
Tak terasa satu tahun sudah berlalu,
Nadya, Asyfa, dan Rara sudah menduduki kelas XII semester dua.Nadya sudah dapat
menghafal Al-Qur’an sebanyak delapan juz.Asyfa dan Rara sudah menyelesaikan
hafalan mereka.
Nadya, Asyfa, dan Rara sedang
berjalan menuju kelas mereka. Karena bel masuk akan berbunyi. Sesampai mereka
didalam kelas, mereka langsung duduk dibangku masing-masing.Tak lama bel
pertanda masuk berbunyi, datanglah ustadz yang selalu menjadi idola dipondok
pesantren tersebut.Siapa lagi kalau bukan Ustadz Ali, anak dari pemimpin pondok
pesantren tersebut.
“IHTIROM” ketua
kelas berdiri dan diikuti oleh santri yang lain.
“HAYYU” kata
ketua kelas dengan lantang dan dengan serentak para santri langsung mengucapkan
salam.
“Assalammu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.”
“Wa’alaikumsalam
warohmatullahi wabarokatuh.” Ustadz Ali menjawab salam tak lupa dengan
senyuman.
Kegiatan belajar
mengajarpun berlangsung dengan lancar, Ustadz Ali sangat pandai mengajar dengan
metode yang menyenangkan sehingga para santripun sangat bersemangat dalam
belajar.
Tak terasa satu
jam berlau dan terdengar suara bel pertanda istirahat, Ustadz Ali mencukupi
pelajaran dengan membaca surah Al-Fatihah dan mengucapkan salam kemudian
berlalu meninggalkan kelas.
Nadya, Asyfa, dan Rara langsung
menuju kantin dan mengisi perut mereka dengan makanan yang dapat menunda rasa
lapar mereka lebih lama.
Karena bel masuk
masih lama, Nadya memutuskan untuk pergi ke perpustakaan, Asyfa dan Rara tidak
ikut karena mereka sedang malas untuk berjalan menuju perpus yang berada
dilantai dua.
Sesampai Nadya dilantai dua, ia segera
memilih buku tentang Sejarah Kebudayaan Islam. Saat akan mengambil buku yang
ada dirak buku paling atas, ia kesusahan untuk menjangkau buku tersebut. Sampai
tiba-tiba ada tangan yang meraih buku tersebut dari belakang Nadya, sontak
Nadya langsung membalik badannya dan terkejut melihat tubuh seorang pria yang
sangat dekat dengannya.
“kalau butuh
bantuan itu, minta tolong.”mendengar suara yang terasa tidak asing
ditelinganya, Nadya langsung mendongakkan kepalanya karena tingginya dengan
pria tersebut hanya sedada pria tersebut, dan matanya membulat mengetahui siapa
yang ada dihadapannya.
“Ustadz Ali!!”
Nadya sontak langsung memundurkan tubuhnya dua langkah.
“iya, ini saya.
Kamu kenapa melotot kayak gitu?” Ustadz Ali heran melihat Nadya yang melotot
padanaya.
Mendengar
perkataan Ustadz Ali, sontak Nadya langsung menormalkan matanya.
“oh iya, kan
sudah berapa kali saya bilang. Kalau kita berada diluar kelas, kamu panggilnya
kakak.” Nadya hanya mengangguk karena setiap ia berdekatan dengan kak Ali, ia
selalu merasa gugup.
Kak Ali dan Nadya memang sudah dekat
karena kak Jihan selalu membuat mereka bertemu. Kak Ali justru meneima dengan
senang hati, tapi dia masih sadar dengan larangan berpacaran dalam islam,
justru itu ia tidak akan mengajak Nadya untuk berpacaran, biarlah ia dan Nadya
saling mengenal terlebih dahulu, untuk kedepannya ia serahkan kepada Allah,
karena jika ia memang berjodoh dengan Nadya.
“oh iya,
kebetulan saya ketemu sama kamu, saya mau nawarin kamu untuk ikut lomba Tahfizul
Qur’an 10 juz, lomba itu diadakan untuk mereyakan hari Santri.” Mendengar
penawaran itu, Nadya langsung tersenyum senang dan kak Ali yang melihat Nadya
tersenyum ia juga ikut tersenyum.
“tentu kak, aku
mau. Tapi, aku baru saja dapat menghafal delapan juz, sedangkan perlombaan itu
menghafal sepuluh juz.”Kak Ali tersenyum melihat kegelisahan yang terpancar
dari wajah Nadya.
“kamu tenang
saja, kamu pasti bisa, perlombaannya akan dilaksanakan dua minggu lagi. Nah,
dari sekarang kamu harus lebih giat lagi menghafalnya.”Nadya mulai sedikit lebi
tenang.
“oh iya untk ts
masuknya, kamu harus bisa tajwid juga. Apa kamu sudah bisa tajwid?” tanya kak
Alipada Naday. Baru saja Nadya bisa sedikit tenang, namun, ia langun kembali
cemas setelah mendengar yang dikatakan kak Ali.
“Astaga!!Nadya
nggai tajwid.Asyfa dan Rara juga nggak isa tajwid.Gmana dong?” jika sudah pank
begini, Nadya selalu menggigit ujng jari telunjuknya.
“Apalagi kak
Jihan lagi sbk sama perkuliahannya.Gimana dong.”Nadya terus meracau dengan
cemas.
“Ssstt… Nadya,
kamu tenang dulu.Kan ada kakak. Kakak pasti ajarin kamu sampai kamu bsa tajwid
dengan cepat. Oke.”Kak Ali menenangkan Nadya dan berhasil, Nadya langsung
berbinar bahagia.
“beneran
kak?”Tanya Nadya memaskan.
“iya beneran.”
Jawab kak Ali sambil tersenyum.
“Ah..terimakasih
kak.” Ndya menyatukan tangnnya didepan dada sebagai persalaman, karna ia juga
sadar bahwa bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan halal kita termasuk dosa.
“sama-sama” kak
Ali ikut menyatukan telapak tangnnya sebagai balasan persamaan.
“yasudahkak, aku
balik kekelas dulu ya, udah mau bel masuk.” kata Nadya berpamitan.
“oh iya, yasudah
nanti kakak ajarin ajwidnya sehabis sholat zuhur.”
“Oke kak,
yasudah aku pergi dulu. Assalammu’alaikum.” Salam Nadya.
“Wa’alaikum
salam” setelah mendengar kak Ali menjawab salamnya, Nadya langsung melangkah
meninggalkan perpustakaan munuju kelasnya smabil membawa buk yang telah
diambilkan kak Ali.
Sampainya dikelas, ia langsung
menemui sahabatnya dan menceritaka tentang perlombaan tersebut, sahabatnya
sangat setuju kalau ia mengikuti perlombaan tersebut. Nadya juga menceritakan
tentang kak Ali yang akan mengajarkan dirinya tajwid. Asyfa dan Rara langsung
tersenyum menggoda sambil menatap Nadya.Nadya terbingung dengan kedua
sahabatnya.
“kalian kenapa?
Kok senyumnya kayak gitu sih?” Tanya Nadya sambil terheran.
“berarti kamu
bakalan diajarin sama pujaan hati dong.” Rara dan Ayfa mulai menggoda Nadya.
“ih, kalian
apaan sih. Memangnya siapa pujaan hati aku?”Nadya mengalihkan pandangannya
sambil menyembunyikan pipinya yang merona, tapi tetap saja pipinya tetap
terlihat oleh kedua sahabatnya.Sontak kedua sahabatnya langsung tertawa.
“HAHAHA…
Nadaya-Nadya, kamu sok nggak tau deh.Pake naya siapa pujaan hati kamu.Pujaan
hati kamu ya kak Ali lah. Walaupun kamu nggak pernah cerita tentang perasaan
kamu sama kak Ali, kita udah tau kok. Dari cara kamu menyebutkan namanya saja,
kamu sanagat terlhat bahagia. Dan satu lagi, pipi kamu nggak bisa bohong.Pipi
kamu selalu merona setiap menceritakan tentang kak Ali.”Nadya yang mendengar
perkataan sahabatnya langsung tersenyum.
“hehehehe,,,
kelihatan banget ya?” Asyfa dan Rara langsung mengangguk dan kembal tertawa
saat melihat pipi Nadya yang bersemu kembali.
******************************
Kak Ali benar-benar serius dengan
perkataannya, sehabis sholat zuhur, ia langsung mengajarkan Nadya tenteng
tajwid. Walau Nadya terlihat agak kesulitan saat mengingat huruf-huruf dalam
pembagian hokum bacaannya.
Walau begitu, Nadya tak pantang
menyerah.Nadya terus berusaha dan berusaha.
“nah gimana? Kamu
udah ngerti kan?” Tanya kak Ali sambil tersenyum hangat.
“iya kak,
ternyata tajwid itu tidak sesulit yang aku bayangkan.” Jawab Nadya sambil
tersenyum juga.
“asalkan kita
benar-benar serius dan berusaha, Insyaallah pasti kita bisa memahami dengan
baik.” Nadya sangat salut dengan kepintaran dan ketulusan kak Ali dalam
mengajar.
“ya sudah
sekarang kamu balik keasrama gih, kamu istirahat.” Sungguh, jentung Nadya
berdetak lebih cepat saat mendengar perhatian kak Ali padanya.
“iya kak, aku
pamit dulu. Assalammu’alaikum.” Salam Nadya.
“Wa’alaikum
salam.” Nadya langsung meninggalkan masjid dengan senyuman yang tidak luntur.
Sampai kamar asrama, Nadya langsung
digoda habis-habisan oleh kedua sahabatnya.
Mereka saling
bercerita dan tertawa bersama saat ada cerita yang menurut mereka lucu.
“Nad, kamu
tenang aja.Aku san Rara pasti bantuin kamu untuk menghafal dua juz Al-Qur’an
yang belum kamu hafal. Ingat Nad, Bismillah.” Kata Asyfa yang membuat Nadya
langsung memeluk sahabatnya.
“terimakasi,
kalian selalu ngebantu aku.” Asyfa dan Rara membalas pelukan Nadya.
Begitulah
persahabatan mereka, saling membantu saat susah maupun senang.
******************************
Satu minggu sudah berlalu, kni Nadya
sudah dapat menguasai tentang tajwid, begitupu dengangan hafalan Al-Qur’an yang
sebelumnya ia hanya delapan juz, kini ia sudah dapat menghafal sebilan juz. Ia
sungguh sangat berterimakasih kepada orang-orang yang selalu membantunya.
Sekarang Nadya berada didalam masjid
sedang sangat khusyuk menghafalkan Al-Qur’an juz sepuluh.Asyfa dan Rara tidak
dapat menemani Nadya karna sedang halangan.
Saat sedang sangat khusyuknya ada
seseorang duduk tepat dihadapan Nadya.Merasa ada yang duduk didepannya, Nadya
langsung mengalihkan pandangannya dari Al-Qur’an dan melihat siapa yang berada
dihadapannya.Seketika Nadya tersenyum dengan manisnya. Sebenarnya ia sangat
terkejut melihat siapa yang ada dihadapannya itu.
“SHASA!!” ia
sangat tidak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya, sahabatnya saat ia
masih berada diSMA, sahabatnya yang selalu menemaninya saat ia suka membolos
sekolah dulu, sahabatnya sangat senang dengan pakaian yang minim seperti
dirinya. Namun sekarang, ia melihat sahabatnya yang jauh berbeda dengan satu
tahun yang lalu. Sahabatnya yang ada dihadapnnya sekarang adalah seorang muslimah,
yang tampak cantik dengan jilbab syar’I yang menutupi setengah badannya, dan
menggunakan gamis yang sedikit kebesaran sehingga tidak memperlihatkan lekukan
tubuhnya seperti dulu.
“hehehe iya Nad,
ini aku. Uuuh aku kangen banget sama kamu.”Shasa langsung memeluk sahabatnya
itu.
“astaga, aku
juga kangen banget sama kamu, dan setelah satu tahun lamanya kita tidak
berjumpa, kamu yang sekarang sangat berbeda. Dan kenapa kamu bis aberada
disini?” Tanya Nadya yang masih tidak percaya melihat perubahan sahabatnya yang
sangat drastis.
“hehehe aku
memutuskan untuk hijrah Nad, dan aku juga memutuskan untuk masuk pondok
pesantre sama seperti kamu. Aku sadar, kalau seharusnya aku tidak membuat
kenakalan yang membuat orang-orang disekitarku menjadi kesal dan terbebani.Aku
harus berubah menjadi lebih baik, toh itu juga untuk kebaikanku.”Jawab Shasa
dan langsung mendapat senyuman dari Nadya.
“kamu cantik
dengan hijabmu.” Mendengar kata Nadya, Shasa langsung tersenyum.
“kamu juga
Nad.”mereka langsung bercerita tentang apa saja yang mereka alami saat mereka
tidak saling bertemu selama satu tahun.
Nadya mengajak Shasa untuk bertemu
dengan Asyfa dan Rara. Kebetulan sekali ia melihat Asyfa dan Rara sedang duduk
dibangku tapan Asrama.
“Assalammu’alaikum.”salam
Nadya dan Shasa berebarengan.
“Wa’alaikumsalam.”
Jawab salam Asyfa dan Rara.
“eh Nadya,
gimana hafalannya?”Tanya Rara saat mengetahui bahwa Nadya yang berada
dihadapanny.
“Alhamdulillah,
tinggal setengah juz saja aku bis menghafala sepuluh juz. “ ucap Nadya. Asyfa
sedari tadi heran menatap bingung pada gadis yang berada disamping Naday, Nadya
yang tersadar dengan kebingungan Asyfa dan rara, ia langsung memperkenalkan
Shasa pada mereka.
“oh iya aku mau
kenalain sahabat aku waktu masih diSMA dulu itulah, nah ini yang namanya
Shasa.” Asyfa dan Rara langsung tersenyum pada Shasa.
“hai Shasa, nama
aku Rara dan ini Asyfa.” Rara memperkenalkan dirinya dan Asyfa yang ada
disampingnya.
“ah iya, aku
Shasa.”
Walaupun hanya
sebentar saja, mereka langsung akrab dan dapat tertawa bersama.
“Sha, kamu dapet
kamar asrama yang mana?”Tanya Rara pada Shasa.
“kebetulan aku
minta ke mami dan papi aku untuk sekamar sama kalian.” Jelas Shasa, mereka
langsung tersenyum bahagia saat mengetahi hal tersebut.
******************************
Tidak terasa, hari perlombaanpun
datang, Nadya tampak tenang duduk disalah satu kursi peserta. Asyfa, Rara,
Shasa, dan kak Jihan sudah duduk dikursi palig depan. Saat mendengar bahwa
Nadya mengikuti lomba, kak Jihan langsung izin cuti untuk tidak masuk kuliah
selama seminggu.
Nadya sangat senang karena
sahabatnya selalu mendukungnya. Walau ia kecewa, karena kedua orang tuanya
tidak dapat hadir untuk melihat dirinya berlomba karena urusan pekerjaan yang
ada diluar kota.
Kini giliran Nadya yang naik menuju
panggung untuk tes tajwid.Nadya menjawab dengan teliti setiap pertanyaan yang
diajukan oleh juri.
Nadya sangat senang karena ia
dinyatakan lolos kebabak selanjutnya, dan besok ia akan lomba untuk hafalan 10
juz.
Tentu Nadya sanagat risau, jikalau
ia tidak bisa menjawap pertanyaan untuk besok.
Kak Jihan yang
melihat hal tersebut, langsung menghampiri Nadya.
“Nad, kamu
kenapa khawatir seperti itu?”Tanya kak Jihan pada Nadya.
“kak, aku takut
kalau besok aku tidak bisa menjawab pertanyaan untuk jus yang kesepuluh, aku
belum terlalu menguasainya.” Nadya jujur dengan apa yang ia khawatiraka.
Mendengar jawaban Nadya, kak Jihan langsung mengelus pundak Naday.
“Nadaya, kalau
kamu lupa untuk jawabn soal juz sepuluh, bca dalam hati surah Al-Ikhlas tiga
kali, Insyaallah kamu akan mengingatnya.”Jelas kak Nadya yang membuat Nadya
seketika menjadi tenang.
Keesokan harinya, Naday sudah duduk
dengan manisnya dikursi peserta.Ia terus mengingat apa yang dikataka oleh aka
Jihan.
Di sisi lain, ia
agak kecewa saat mengetahui kedua orang tuanya tak kunjung datang, padahal
kemarin saat ia memberitahu kepada kedua orang tuanya lewat via telefon milik
kak Jihan bahwa ia lolos untuk mengikuti Tahfizul Qur’an, orang tuanya berjanji
untuk datang melihatnya tampil. Namu, samapai saat ini ia belum melihat
tanda-tandak kedatangan kedua orang tuanya.
Sampai nama Nadya terpanggil untuk
segera menaiki panggung. Dalam hati ia mengucapkan bismillah. Juri memberi pertanyaan sekitar juz enam dan tujuh.Namun
saat pertanyaan yang terakhir, juri memberikan pertanyaan sekitar juz sepuluh.
Dalam hati ia masih kecewa saat tidak melihat kedatangan kedua orang tuanya,
tapi ia menepis perasan itu saat mengingat bagaimana perjuanagn
sahabat-sahabatnya dan kak Ali yang selalu mengajarkan dirinya untuk bisa
menghafal dan menguasai Tajwid dengan baik.
Karena Nadya masih terdiam tak ingat
dengan yat yang menjadi jawaban atas pertanyaan dari juri, tiba-tiba ia melihat
kedua orang tuanya muncul dari pintu ruangan aula. Kedua orang tuanya mengangkat
tangannya yang terkepal seraya mengucapkan kata SEMANGAT.
Senyuman Nadya
langsung terbit, ia langsung mengingat apa yang dikatakan kak jihan jikalau ia
luapa.
Nadya segera
membaca surah Al-Ikhlas sebanyak tiga kali dalam hati sambil mengusap dadanya.
Seketika ia langsung mengingat jawabannya. Nadya langsung membacakan ayat yang
menjai jawabannya.Dan Nadya sangat bersyukur saat dapat menjawb semua
pertanyaan dari juri.
Penentuan pemenangpun akan segera
dibacakan oleh juri. Nadya berdoa dalam hati agar ia menang.
“dan pemenang
lomba Tahfizul Qur’’an untuk memperingati Hari Santri adalah……NADYA ALYSSA
PUTRI.” Semua orang langsung bertepuk tangan, Nadya menangis bahagia dan
langsung menerima piala serta piagam yang diberikan oleh juri.
Mama dan Papa Nadya langsung
mengucapkan selamat, bahkan Mama Nadya sampai menangis terharu. Karena anaknya
yang berhasil menghafalkan Al-Qur’an bahkan ia sampai pangling saat mendengar
merdunya suara anaknya saat membaca ayat Al-Qur’an.
“nak, mama sama
papa bangga sama kamu. Akhirnya, kamu benar-benar berubah menjadi anak yang
solehah.” Papa dan mama langsung memeluk anak satu-satunya itu.
“Assalammu’alaikum.”
Dari arah belakang Nadya sudah berdiri kak Ali, kak Jihan,Shasa, Asyfa Rara,
Abah dan Umi.
“Wa’alaikumsalam.”jawab
Nadya dan kedua orang tuanya.
“Nadya, selamat
ya.Atas kemenangannya.”kak Ali memberikan bunga mawar putih yang sangat
indah.Nadya menerimanya dengan senang hati. Pap dan mama Nadya yang melihat
anaknya tersebut tersenyum penuh arti, begitupun dengan yang lain.
“khmm. Mbak,
sepertinya kita bakalan jadi besan nih.” Kata mama Nadya pada Umi dengan nada
menggoda, terbukti pipi Nadya langsung bersemu.Kak Ali yang melihat Nadya yang
bersemu hanya tersenyum tipis.
“iya nih,
kayaknya kita bakalan jadi besan.” Umi langsung menjawab perkataan mama Nadya.
“wah, Jihan
setuju tuh.” Kak Jihan langsung berseru semangat.Pipi Nadya semakin bersemu.
“Ih mama, aku
kan masih sekolah, belum lulus.” Kata Nadya mengelak.
“cieee berarti
kamu setuju dong, nak Ali kamu lagi dikode tuh sama Nadya, biar kamu tunggu dia
lulus.” Semua orang tertawa melihat Nadya yang semakin malu.
“Insyaallah
tante.” Mendengar perkataan kak Ali, sontak Nadya langsung menatap kak Ali
dengan mata yang melotot.
“cieeee Nadya
udah ada yang mau ngelamar.” Ketiga sahabat Nadya ikutan menggoda Nadya.
“wah, sepertinya
rencana kita saat dulu masih mondok akan terkabul dengan sendirinya tanpa kita
yang bertindak, fan.” Kata Abah dengan tersenyum pada Irwan.
“ah iya, inilah
ya ng dinamakan takdir.”sambung papa Nadya.
“memangnya
rencana apa Pa?” Tanya Nadya penasaran.
“dulu Papa sam
Abdul pernah berencana, kalau kita memiliki anak. Kita akan menjodohkannya. Eh
ternyata tanpa kami melaksanakan rencana itu, Allah lebih dulu mempertemukan
dan mendekatkan kalian.” Mendengar penjelasan Papa Nadya. Kak Ali langsung
mendekati Mama dan Papa Nadya. Semua orang terbingung-bingung.
“bismillah, Om
saya mau melamar Nadya. Saya akan membiarkan Nadya menuntaskan pendidikannya
terlebih dahulu, baru saya akan langsung menikahinya.”semua orang terkejut
mendengar pernyataan kak Ali, Abah dan Umi tersenyum bangga melihat anaknya
yang sudah dewasa.
“om bangga sama
kamu yang langsung melamar anak om. Jadi, om terima lamaran kamu.” Semua orang
tersenyum bahagia, begitupun Nadya, ia langsung memeluk Papa dan Mamanya.
“Pa, Ma.
Terimakasih sudah mau merawat Nadya sampai sebesar ini, dan terimakasih karena
mama sama papa udah bawa Nadya kepondok pesantren ini.” semua orang terharu
mendengar perkataan Nadya yang menyentuh.
“iya saying,
Mama sama Papa juga sangat bahagia memiliki anak yang solehah seperti kamu.”
jawab Mama Nadya.
TAMAT
❤
BalasHapus