Minggu, 04 November 2018

NYANTRI RASA NANO-NANO

“APA!!!, MASUK PONDOK!!” teriak gadis berseragam abu-abu, pada pria paruh baya dan wanita paruhbaya di hadapannya.
“iya, dan kamu harus mau!” jawab pria paruhbaya dengan tegas
“come on, pa. Nadya nggak mau” rengek gadis tersebut
“TIDAK.ADA.BANTAHAN.”Ucap pria paruh baya dengan penuh penekanan
“tapi pa,,,,” ucapan sigadis langsung terputus oleh suara wanita paruh baya yang ada dihadapannya.
“udah kamu terima saja, lagi pula ini demi kebaikan kamu.”
“ih,,,mama bukannya belain Nadya malah ngedukung papa, gimana sih.” gadis bernama Nadya itu pun langsung cemberut.
“sudah-sudah, ini keputusan papa. Nadya, empat hari lagi kamu mulai masuk di pesantren yang papa dan mama pilih.”
“uuuuh, jadi Nadya nggak boleh nolak?” mama dan papa yang ada di hadapannya menggelengkan kepala.
“huuuuuuhhh.” Nadya menghembuskan nafasnya dengan kasar.
“terserah mama sama papa lah,,,, Nadya mau berangkat sekolah dulu, nanti telat.” Nadya mengambil tasnya dan mencium punggung tangan mama dan papanya.
“eh,,,, itu seragam kamu udah kekecilan.” kata mama yang melihat seragam yang di pakai anak gadisnya.
Dengan baju yang memperlihatkan lekukan tubuhnya dan rok yang sepertinya 7cm di atas lutut.
“apasih ma, inituh modis tau.”elak Nadya.
“modis apanya, inituhaurat, coba kamu berhijab seperti mama mu.” tukas papa membantah ucapan Nadya.
“ih,gerah ah…” Nadya menyibakkan rambut panjangnya.
“alah,,,, tunggu empat hari lagi, kamu juga akan berhijab seperti mama kamu.” seringaian tercetak pada bibir papa.
“ish,,,,, udah ah,,,,, Nadya nggak mau berdebat lagi. Nadya berangkat. By mama, papa.” Nadya langsung meninggalkan mama dan papanya yang berada diruang keluarga.
Nadya berangkat kesekolah dengan berjalan kaki,dengan airphone yang berada di telinganya dan sesekali bersenandung mengikuti lagu yang ia dengar.
            Sesampainya di sekolah, Nadya tetap berjalan dengan santai tanpa memperdulikan orang-orang yang menatap dirinya takut.takut? siapa yang tidak takut dengan Nadya yang merupakan ketua dari ekstrakurikuler karate dengan bersabuk hitam dan sudah beberapa kali memenangkan perlombaan sampai tingkat nasional.
            Nadya langsung memasuki kelasnya XI IPA 1, dia langsung menduduki bangku yang ada di pojok kelasnya dan langsung melipat tangannya di depan dada dengan pandangan kedepan dan tatapan tajam.
“woy,,,,,, pagi-pagi udah ditekuk aja tumuka.” Ucap seseorang seraya menepuk pundak Nadya.
“lo bisa nggak sih nggak ngagetin gue!” ketus Nadya pada gadis yang bernama Shasa, satu-satunya shabat yang ia punya.Shasa hanya menyengir dan menunjukkan dua jarinya bertanda perdamaian.
“sorry elah,,,,, sensi amat deh. lagi PMS lo?” Shasa mendudukkan dirinya tepat di samping Nadya.
“kalo iya kenapa? masalah buat lo?” jawab Nadya dengan intonasi datar.
“ya,,,maaf dah. Lo kenapa sih, cemberut amat. Coba cerita,”
“huuuh,,,, Sha,,,,, empat hari lagi gue dimasukin kepesantren,,,,,” cerita Nadya pada Shasa.
“WHAT,,,,LO.MASUK PESANTREN,,,,HAHAHAHA,,,HAHAHAHA,,,” pecah sudah tawa Shasa.
Sedangkan Nadya hanya menampilkan wajah datarnya. Shasa yang melihat itu pun langsung menghentikan tawanya” khmmm” Shasa berdehem.
“oke-oke,,,sebagai sahabat yang baik gue nanyak nih yaa? Kok bisa sih lo masuk pesantren?” Tanya Shasa sambil menggerak-gerakkan tangannya disamping Nadya.
“berubah” singkat Nadya.
“hah,,,,?” Shasa hanya melongo tidak mengerti dengan kata yang menurutnya ambigu.
“Nadya,,,, bisa nggak sih kalau bicara itu yang jelas, gue itu bukan si Edward si vampire yang bisa gebaca pikiran, okee.” Kesal Shasa.
“mama sama papa mau gue berubah jadi lebih baik lagi,”jelas Nadya.
“Ooo,,,bagus deh,biar lo jadi baik dikit lah.”gurau Shasa.
“ye,,,emang gue kurang baik apa sih?” sewot Nadya sambil melotot kan matanya.
“eh si kunyuk,,,baik kata lo,mukulin anak orang sampe masuk UGD itu maksud lo baik,atau tidur di setiap mata pelajaran? Itu yang lo maksud baik?” sarkas Shasa.
“yeee itu kanada sebabnya. Gue mukulin tuh orang karena dia seenaknya ngebuly tuh si Doni,anak kutu buku,dan gue tidur itu karena gurunya ngebosenin.” jawab Nadya dengan panjang lebar.
“terserah lo deh ,,, terserah,,,, pasrah gue. Capek ngomomg sama lo.” sergah Shasa.
Teeeeeeettttttttt
Percakapan mereka berakhir dengan bunyi bel tanda untuk masuk kelas.
************
            Empat hari kemudian

“iiih,,,ma, Nadya nggak mau ah pake jilbab, mana bajunya panjang lagi, gerah ma,,,geraahhh.” rengek Nadya pada mama nya.
“Udah nggak usah banyak komen, nanti juga kamu terbiasa” omel mamanya pada Nadya.
“Udah selesai kan? Ayo cepat nanti sampai sananya kemaleman lagi” kata papa sambil berdiri di ambang pintu kamar Nadya.
“ hah?,,,,, malem?,, sejauh apa sih pa?,,dimana sih tempatnya?” serbu Nadya pada papanya.
“ nanti juga kamu bakalan tahu sendiri,,,, udah ayo cepat,, kamu banyak tanya lagi.”
“ iiiiiih,,, papa mah gituuu.” sebal Nadya.
Dan merekapun berangkat.
*******
Di tengah perjalanan….
“pah….kok jalannya masuk ke desa-desa gitu sih,,,, ini mah sama aja papa mau ngasingin aku…. Papa mah tega sama anak sendiri.” rajuk Nadya.
“udah jangan cerewet lagi… nanti juga kamu betah disana.” kata papa kemudian.
“ iya Nadya sayang….. mama juga dulu kayak kamu, “ sambung mama.
Dan Nadya hanya berdiam diri dengan segala kekesalannya. Disamping itu dia ragu akan dirinya, bisakah dia beradaptasi dengan lingkungan yang jauh dari kehidupan perkotaan. Dan pastinya dia akan merindukan sahabatnya si Shasa, meskipun nyebelin kadang anak itu bisa menjadi sahabat yang baik dan suka kasih saran meskipun sarannya suka bikin kesal.
**********
Sesampainya di pondok….
            Sesampainya di pondok pesantren al-huda, keluarga Nadya disambut oleh tatapan bingung dan penasaran dari tatapan santriwan dan santriwati, namun ada juga santriwan yang menatap kagum karena kecantikannya.
            Setelah turun dari mobil keluarga Nadya langsung dituntun oleh seorang santriwan menuju ke rumah Abah.Abah adalah panggilan yang biasa ditujukan santriwan dan santriwati untuk kiyai abdul ma’ruf yang merupakan pemilik di pondok pesantren tersebut.Papah Nadya juga sebelumya sudah kenal dengan abah karena dulunya papa dan mama Nadya satu pondok pesantren dengan abah atau Kiyai Abdul Ma’ruf.
“Assalamu’alaikum….” Ucap seorang santriwan di teras rumah abah yang disertai dengan keluarga Nadya dibelakangnya.
“wa’alaikumsalam….” Jawab seorang wanita paruh baya yang bernama Umi Maryam, yang merupakan istri dari abah.
“umiii…ini ada orang yang nyari abah” kata santriwan seakan menjawab kebingungan umi.
“siapa fan?” Tanya umi kepada santriwan yang bernama adalah Zarfan.
“ ini saya pak Irawan, yang menelfon enam hari yang lalu” sambar papah nadya.
“ oooh….saya ingat… teman mondoknya abah dulu kan yaa?...oh iya yang mau mondok siapa?” jawab umi dengan ramah.
“ iyaa bu.. ini yang mau mondok anak kami namanya Nadya,”jawab mamah Nadya.
“ kalau begitu Zarfan, tolong panggilkan abah di mushola ya nak.”. kata umi dengan tutur lembutnya.
“baik umi,,,, kalau begitu Zarfan ke mushola dulu.Assalammu’alaikum,” salam Zarfan dan bergegas menuju mushola.
“kalau begitu, ayo silahkan masuk,”umi mempersilahkan keluarga Nadya masuk ke ruang tamu.
Tak lama kemudian…..
“Assalam mu’alaikum,”datanglah pria paruh baya dengan baju koko beserta peci nya.
“wa’alaikum salam”jawab umi dan keluarga Nadya.
Umi langsung mencium punggung tangan abah.abah dan umi duduk berhadapan dengan keluarga Nadya.
“wah Irfan, sudah lama kita tak berjumpa kau masih tampak muda ya, bagaimana kabarmu?” sapa Abah pada pak Irwan.
“ah Abdul,iya sudah lama kita tak berjumpa, kau ini berlebihan sekali kita kan seumuran, dan Alhamdulillah kabar ku baik dan bagaimana kabarmu?” akrab Irwan pada Abah.
“ya seperti yang kau lihat, aku sama baiknya sepertimu. Oh ya, ada apa gerangan kau datang kesini setelah sekian lama tak datang?”Tanya Abah pada Irwan.
“jadi begini, tujuan aku datang bersama istri dan anakku, aku mau memondokkan putri ku yang bernama Nadya ini” jelas pak Irwan sampil memegang pundak Nadya.
“Oooh begitu rupanya.Hmmm, umi tolong panggilkan Asyifa kemari.” Pinta Abah pada sang istri yang ada di sampingnya.
“baik abah, umi pergi dulu, Assalam mu’alaikum”salam Umi.
“Wa’alaikum salam” jawab Abah dan keluarga Nadya. Umi langsung bergegas menuju asrama putri.
Tak lama kemudian ,,,,,,
“Assalam mu’laikum.”salam Umi yang datang datang bersama seorang gadis yang tampak anggun dengan gamis dan jilbab syar’i nya.
“Wa’alaikum salam.”
Nadya tampak memperhatikan gadis tersebut dengan intens “mungkin gadis itu yang bernama Asyifa yang disebut abah tadi” batin Nadya.
“nah, nak Nadya, ini Asyifa, dia ini yang akan mengantar kamu ke kamar yang akan kamu tempatidan Asyifa ini teman sekamar kamu.” Abah memperkenalkan Asyifa pada Nadya.
Nadya hanya bisa tersenyum kaku.
“yasudah kalau begitu,kami tak bisa berlama-lama, besok ada pekerjaan di kantor.” Pak Irwan langsung berpamitan setelah dirasa tugasnya mengantar sang putri sudah selesai.
“ah, cepat sekali kau Irwan.”balas Abah.
“iya nih mama sama papa, kok cepet banget sih?”Tanya Nadya yang langsung membuka suara setelah terdiam beberapa saat.
“nak, mama sama papa besok ada pekerja’an yang tidak bisa ditinggalkan. Kamu baik-baik di sini.Inget jangan bandel, dan nak Asyifa, tante minta tolong awasi Nadya, walaupun anaknya tomboy dan bandel tapi dia baik kok.”Pinta mama Nadya pada Asyifa, gadis yang menemani anak nya.
“oh, baik tante, Insya’allah.” Jawab Asifa dengan sopan.
“yasudah Abdul, aku dan istriku tidak bisa berlama-lama. Kami pamit dulu.Nadya, ingat kata mama dan papa barusan. Jangan pernah berfikir kalau mama sama papa tidak menyayangimu. Justru mama sama papa sangat sayang sama kamu. Mama sama papa sangat berharap kamu bisa berubah nak, mama sama papa hanya tidak ingin kamu terbawa oleh pergaulan bebas.”Mendengar kata papa, Nadya langsung meneteskan air matanya.Mama yang melihat anaknya menangispun langsung memeluk tubuh anaknya.
“huuss….sudah jangan nangis. Mama sama papa bakalan jenguk kamu kalau ada waktu luang, oke.”Bujuk mama sambil mengelus punggung Nadya.
“ya sudah abdul, kami pamit dulu, sudah malam.” pak Irwan langsung berdiri diikuti dengan sang istri dan yanglainnya. Mereka berjalan menuju depan rumah diman tempat mobil terparkir.
“papa sama mama hati-hati ya di jalan.”Nadya tampak tersenyum terpaksa.
“baiklah, kami pergi dulu. Asalam mu’alaikum.” Slam mama dan papa Nadya.
“Wa’alaikum salam.” Jawab Umi, Abah, Asyifa dan Nadya.
Seteleh mobil menjauh Asyifa langsung berpamit untuk mengantar Nadya menuju kamarnya, sedangkan barang bawa’an Nadya akan di antarkan oleh orang suruhan Abah.
******************************
            Nadya PointOf Viw
            Sekarang, gue lagi jalan sama cewek yang namanya Asyifa. Katanya sih, dia mau anterin gue ke kamar yang bakalan jadi tempat tinggal gue selama di pondok ini. Dan di sepanjang perjalanan banyak tuh gue lihat santri yang pake jilbab yang lebih mirip mukena, bahkan banyak juga yang pake penutup kayak ninja-ninja yang nggak gue tau namanya apa. Gue ngeri sendiri ngebayangin kalau gue pake jilbab sama penutup kayak gitu, gue pake gamis sama jibab yang pas- pasan aja udah gerah, apalagi pake pakaian kayak begitu, gue ngeri sendiri.
            Tak lama kemudian, gue sama Asyfa berhenti tepat di depan pintu kamar yang berwarna coklat yang gue duga pasti kamar yang bakalan jadi tempat tinggal gue.
“nah Nadya, kita sudah sampai. Ayo kita masuk.”Kata  Asyifa seraya membuka pintu tersebut.
            Saat pintu terbuka dan Asyfa langsung nyuruh gue masuk, dan melihat kamar yang bakalan gue tempatin. Hmmm,,, not bad lah.Kata gue dalam hati.
“jadi setiap kamar itu masing-masing di tempati oleh tiga orang dan dikamar kita ini juga  ditempati oleh tiga orang. Aku, kamu, sama Rara. Rara itu, salah satu santri juga, tapi sekarang Rara lagi ada rapat ngewakilin aku buat rencanain acara makan bersama untuk menyambut anak kiyai yang akan pulang dari kairo mesir satu bulan lagi.”Jelas Asyfa dan gue hanya menganggukkan kepala nggak tertarik dengan acara makan-makan itu.
“Oooh,,, ya udah. Kalau gitu, sekarang lo bantuin gue buat rapi’in tuh baju-baju gue,” gue langsung terik tangan Asyfa tepat di depan koper gue.
“iya,,iya,,sekarang kita rapi’in.” Asyfa langsung ngebantuin gue buat masukin baju-baju gue ke dalam lemari berukuran sedang.
            Setelah rapi, gue langsung ngambil peralatan mandi gue,walaupun udah malem, gue paling anti yang namanya nggak mandi sebelum tidur.
“Asyfa, anterin gue ke kamar mandi. Gerah gue, pengen mandi.,” kata gue.
“Oh,,, ya sudah ayo aku antar,” Asyfa langsung berjalan sambil menggandeng tangan gue.
            Saat dijalan, gue sama Asyfa diem aja. Mungkin Asyfa nggak tahan sama kesunyian, Asyfa langsung buka topic yang bikin gue ngerasa akrab sama dia.
“Nadya, hmm…. Kan kamu udah di pesantren, kamu harus bisa ngebiasain bicara pakai Aku~Kamu.Kurang sopan kalau berbicara pakai Gue~Lo.”Kata Asyfa yang bikin gue bingung.
“emang harus ya?, gue nggak terbiasa tuh bicara pake Aku ~Kamu, berasa lagi ngomong sama pacar aja.” Sewot gue.
“Aku juga dulu sama kok kayak kamu, bahkan mungkin lebih bandel dan urakan. Tapi, semenjak aku di pondok ini aku mulai mengerti bagaimana seharusnya kita bersikap dan menjaga sesuatu yang akan kita pertanggung jawabkan kelak di akhirat. Seperti aurat, dulu aku sangat suka keluar masuk club, minum alkohol,ngerokok, pakai pakaian mini. Sangat jauh berbeda dengan kehidupan yang sekarang.Kira-kira setelah dua minggu di pondok ini, aku langsung mendapatkan hidayah.Aku sadar bahwa hidup itu hanya sekali, dan aku harus mempergunakan hidup ini dengan sebaik-baiknya.Bukan untuk ber senang-senang tapi mulai lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.“ cerita Asyfa yang langsung membuat langkah gue terhenti.
“jadi mulai sekarang, cobalah untuk berubah. Jangan terburu-buru, pelan-pelan saja, supaya kamu tidak merasa tertekan.”Lanjut Asyfa sambil memegang kedua bahu gue.
Gue hanya bisa terdiam. ”tapi gue masih ragu dan,,,,, semua ini sangat sulit buat gue.” Lirih gue dengan mata berkaca-kaca.
“apa lagi yang kamu ragukan. Memang semua ini sulit dan ini adalah salah satu cobaan yang harus kamu lewati. Ingat! Allah tidak akan memberikan suatu cobaan melebihi kemampuan hamba-Nya. Jadi, kamu mau kan, berubah menjadi lebih baik dari sekarang?” Tanya Asyifa, gue langsung tersenyum seraya mengangguk kan kepala.
“Bismillah.”ucap Asyfa menuntunku untuk mengucap kan apa yang dia ucapkan
“Bismillah.” Gue meniru apa yang Asyfa ucapkan.
“nah, sekarang kita sudah sampai di kamar mandi.” Sekarang gue udah sampai tepat di lorong kamar mandi.Yang gue lihat, disini kamar madinya ada 10.
“yaudah, aku kedalam dulu ya.” Sungguh, aneh rasanya saat gue menyebut diri dengan” Aku” tapi, kalau di piker-pikir, kalau bukan sekarang aku mulai berubah, kapan lagi.
Aku melihat ekspresi terkejut sekaligus senang dari wajah Asyfa saat aku menyebut diri dengan “Aku” bukan“ Gue” seperti biasanya.
Aku langsung memasuki salah satu kamar mandi tersebut.Setelah selesai mandi dan memakai piama panjang yang di belikan mama padaku sebelumnya, aku dan Asyifa langsung kembali ke kamar asrama.
            Nadya The And
******************************
            Sesampai Nadya dan Asyifa di kamar, ternyata di dalam kamar sudah ada seorang gadis yang terduduk di salah satu ranjang sambil membaca buku.
Merasa ada yang memasuki kamar, gadis tersebut langsung menoleh ke pintu kamar asrama.Gadis tersebut tersenyum saat melihat siapa yang datang.
“Asyifa, kamu kemana aja sih,,,,dari tadi aku tungguin.” Kata gedis tersebut setelah tepat di hadan Asyifa.
“tadi aku nganter Nadya ke kamar mandi.” Jawab Asyfa sambil tersenyum.
“Nadya?” kata gadis itu terbingung.
“oh iya, kan kamu belum kenal. jadi Rara, ini Nadya santri baru dan dia sekamar dengan kita.dan Nadya, ini yang namany Rara, teman sekamar kita.” Asyifa memperkenalkan Rara pada Nadya dan sebaliknya.
Äh, santri baru…… salam kenal Nadya.”kata Rara dengan ceria seraya mengulurkan tangan kanannya pada Nadya.
Nadya langsung menyambut jabatan tangan tersebut dengan senang hati.
“salam kenal juga.”jawab Nadya dengan senyum tipisnya.
Setelah Rara dan Nadya saling mengenal, Rara, Nadya dan Asyfa langsung duduk di ranjang Nadya yang ukurannya lebih besar dari milik Rara dan Nadya.
“ah iya, Asyfa hasil rapat tadi, semua santriwan dan santriwati akan menyambut kedatangan anak Abah yang baru saja selesai menjalani masa pendidikannya di kairo mesir dengan mengadakan makan malam bersama dan akan dilaksanakan dua minggu lagi, yang dimana kamar kita yang akan memasak menu makanan untuk acara makan malam itu.” Rara menjelaskan hasil rapat yang sudah disepakati tadi.
“hmmm, begitu ya. Tapi kan kita hanya ber tiga. Sedangkan kita harus menyediakan makanan untuk sekitar 1000 santri, apa kita tidak kewalahan nantinya?” ragu Asyfa.
“tenang saja kak jihan akan membantu kita juga kok.” Asyfa langsung tersenyum lega.
“oh iya, Nadya apa kamu bisa memasak?”Tanya Asyfa pada Nadya.
“yah,,,walaupun aku itu tomboy dan jagonya berantem, tapi aku inget kok kalau aku itu perempuan. Jadi, aku bisa masak kok, tenang aja.”jawab Nadya pada Nadya dan Rara.
“jago berantem?” kata rara terheran, Asyfa pun sama herannya.
“hehehe,,,,kan sebelum aku masuk pesantren ini, aku kan sekolahnya di SMA, dan aku ikut ekstrakurikuler karate, dan aku yang menjadi ketua di ekstrakurikuler itu. Karena hanya aku yang sudah bersabuk hitam.”jawab Nadya dengan bangga, sedangkan Asyfa dan Rara bergidig ngeri.
“dan salah satu sebab aku di masukin ke pondok ini karena, aku udah mukulin kakak kelas sampai masuk UGD. Eh, tapi aku ngelakuin itu karena aku nggak suka ngelihat orang ditindas, nah, waktu itu aku ngelihat tuh kakak kelas lagi ngebuly temen sekelas aku yang agak nerd gitu deh.”kata Nadya dengan santai.Asyfa dan Rara semakin pucat saat mendengar cerita Nadya yang menurut mereka mengerikan.
“kok aku jadi agak merinding ya, dengerin cerita kamu Nad.” Ucap Rara sambil mengusap lehernya,memang kalau sudah didalam kamar mereka langsung membuka jilbab mereka. Nadya memiliki rambut ikal yang panjangnya sampai pinggang, Asyfa memiliki rambut lurus sepunggung, sedangkan Rara memiliki rambut lurus sepundak.
“hehehehe kan aku melakukan itu karena nolongin orang.” Asyfa dan Rara langsung terkekeh mendengar ucapan Nadya.
“eh ini kan udah malem, kita tidut yuk.” Nadya dan Asyfa langsung menyetujui ucapan Rara.
“yaudah kita tidur.” Mereka langsung menuju ranjang masing masing dan tertidur setelah mematikan lapu kamar.
******************************
“Nadya, BANGUN!!!” teriak Asyfa dan Rara bersamaan pada Nadya yang masih nyenyek diatas ranjangnya.Sedangkan Nadya hanya menggeliat dan tertidur kembali.
Tak habis akal, Asyfa dan Rara lansung menarik kaki Nadya hingga terjatuh dari ranjangnya.
“AW,,,,,,ASYFA! RARA! Sakit tau.”teriak Nadya sambil mengusap bokongnya.
“nah berhasil!” Asyfa dan Rara langsung tersenyum senang.
“Nadya ayo sana mandi terus ambil air wudhu, bentar lagi masuk waktu subuh.” Kata Asyfa saat Nadya sudah berdiri dihadapan Asyfa dan Rara.
“kali8an bangunin aku jam segini. ASTAGA!! Ini itu pagi banget, masih jam 03:40”teriak Nadya sambil melotot pada Asyfa dan Rara.
“Nadya yang cantik dan imut, bentar lagi mau masuk waktu sholat subuh, nah sekarang kamu mandi dan siap-siap, terus kita berangkat ke masjid,” jelas Asyfa yang di angguki oleh Rara.Sedangkan Nadya tambah melotot.
“APA!JAM SEGINI!”Nadya semakin histeris. Rasa kantuk yang ia rasakan entah hilang kemana.
“ih Nadya, jangan teriak-teriak, sakit tau telinga aku.” kata Rara sambil mengusap telinganya yang sudah tertutupi mukena putihnya.
“iya nih, dari pada kamu teriak-teriak mending langsung mandi gih, terus ambil air wudhu.” Rara langsung mengambilkan peralatan mandi dan jilbab milik Nadya, dan langsung menyuruh Nadya untuk segera mandi dan mengambil air wudhu.
“iya.” jawab singkatb Nadya dan langsung bergegas menuju kamar mandi.
            Tak membutuhkan waktu yang lama untuk Nadya hanya untuk mandi, hanya dalam waktu 20 menit saja Nadya sudah siap dengan mukena putihnya.Di pondok pesantren ini, para santri hanya di perbolehkan memakai mukena putih.
            Nadya, Rara, dan Asyfa langsung berangkat menuju masjid. Sesampainya di masjid, Nadya melihat masjid tersebut sudah terisi oleh santriwan dan santri wati.
“nah, sambil menunggu waktu subuh tiba, kita muroja’ah hafalan Al-Qur’an kita yuk.” Ajak Asyfa pada Rara dan Nadya.
“hah, muroja’ah? Apaan tuh?”Tanya Nadya yang terbingung-bingung.
“kamu beneran nggak tau muroja’ah itu apa?”Tanya Asyfa balik dan Nadya hanya menggelengkan kepalanya, sedangkan Rara terbengong menatap Nadya.
“hehehehe,,,,” Nadya hanya menyengir menatap Rara dan Asyfa.
“muroja’ah Al-Qur’an itu, kita mengulang hafalan Al-Qur’an.” Jelas Rara.
“ya udah yuk, kita muroja’ah.” Ajak Asifa.
            Asyfa dan Rara memulai muroja’ah hafalan mereka sedangkan Nadya hanya menatap Al-Qur’an yang ada ditangannya.Asyfa dan Rara yang melihat Nadya yang terdiam langsung menyudahi muroja’ah mereka.

“loh Nadya, kok kamu cuma ngelihatin Al-Qur’annya doing sih, kok nggak di baca?” Tanya Asyfa sedangkan Rara menyimak apa yang akan di katakan oleh Nadya. 

“hmmmm, aku Cuma hafal Al-Fatihah sama An-Nas, itupun karena bacaan sholat.” Jawab Nadya dengan kikuk.
“Astagfirullah, memangnya kamu nggak pernah ngaji ya?“Tanya Asyfa sambil mengelus dada begitupun dengan Rara.
“hehehe, aku lupa car abaca Al-Qur’an, dan aku tau cara wudhu dan sholat itu karena aku pernah diajarin dulu waktu kecil. Nah, waktu masuk SMP aku nggak pernah baca Al-Qur’an lagi. Dan sekarang aku lupa cara bacanya.” jelas Nadya dengan kepala yang menunduk. Nadya menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca, ia merasa malu dengan dirinya sendiri. Entah saat baru menginjakkan kakinya tepat di masjid, hatinya terasa berdebar.Ia bahkan hanya menginjakkan kakinya hanya saat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha saja, itupun kalau ia tidak sedang dalam keada’an haid.
            air mata yang sedari tadi Nadya tahanpun mulai menetes, Asyfa dan Rara yang melihat itupun langsung memeluk tubuh Nadya.Rara sudah mengetahui bagaimana kehidupan Nadya sebelum masuk ke pesantren dari Asyifa pada saat mereka menunggu Nadya mandi.
“sudah jangan nangis ya, kamu tenang aja, aku dan Rara pasti bakalan ajarin kamu cara baca Al-qur’an sampai kamu bisa, bahkan sampai kamu jadi penghafal Al-Qur’an.” Asyfa menghapus air mata Nadya dan Rara tersenyum menenangkan Nadya.
“terima kasih ya, kalian baik banget sama aku.” Nadya tersenyum bahagia mendengar pernyata’an yang tulus dari Asyfa dan Rara.
“sama-sama, kan kita sahabat.” Jawab Asyfa dan Rara bersama’an.
“sahabat?” ulang Nadya.
“iya, sahabat, sejak kita berkenalan aku dan Rara sudah menganggap kamu sebagai sahabat.” Kata Asyfa dan di benarkan oleh Rara.
“sekali lagi terima kasih ya, aku seneng banget punya sahabat seperti kalian.” Asyfa dan Rara hanya tersenyum melihat respon dari Nadya.
Tak lama terdengar suara Adzan.Asyfa dan Rara langsung menjawab Adzan sedangkan Nadya hanya mendengarkan.
            Setelah melaksanakan sholat subuh,Nadya, Asyfa, dan Rara langsung kembali menuju kamar asrama, dan mengenakan seragam abu-abu yang panjang. Di pondok pesantren tersebut bukan hanya mengaji saja, pondok pesantren tersebut memiliki SMA Islam juga.Agar seliruh santriwan dan santri wati dapat melanjutkan pendidikan hingga jenjang yang lebih tinggi.
“uuuh, aku nggak bisa pakai jilbab kayak gini.” Keluh Nadya yang sedang di depan cermin.
“sini aku bantuin.” Asyfa yang sudah terlihat rapi dan cantik membantu memakaikan jilbab putih berukuran 150 milik Nadya.Setelah selsai memakaikan jilbab tersebut pada Nadya, Asyfa dan Rara terkagum melihat kecantikan Nadya. Nadya yang ditatap seperti itupun merasa bingung dengan sahabatnya tersebut, apakah ia terlihat aneh mengenakan jilbab tersebut.
“kalian kenapa ngelihatin aku kayak begitu, aku kelihatan aneh ya.” Tanya Nadya yang langsung membuat Asyfa dan Rara tersadar dari lamunan mereka.
“Nadya, kamu sama sekali tidak kelihatan aneh kok, malahan kami kagum melihat kecantikanmua.”Jawab Rara dengan tersenyum.
“ah, kalian bisa saja,” Nadya tersenyum menatap Asyfa dan Rara.
“astaga! Sudah jam 06:15, ayo kita kedapur santriwati mengambil sarapan.” Merekapun bergegas mengambil tas dan berlari menuju dapur santriwati yang dimana dapur tersebuta dibuat khusus untukseluruh santriwati mengambil makanan untuk sarapan, makan siang, dan makan malam. Setelah mereka sarapan mereka bergegas menuju kelas, mereka masuk dalam kelas yang sama yaitu IPA 1.
            Sesampainya di dalam kelas, banyak santriwati yang menatap Nadya dengan pandangan bingung, sedangkan tidak sedikit para santriwan menatap Nadya dengan terpesona dan ada pula yang langsung menundukkan pandangan dan mengucapkan Istigfar karna sadar, memandang yang bukan halal baginya adalah dosa.
            Tak lama, bel masuk pun berbunyi. Datanglah seorang pria paruh baya yang merupakan ustad yang akan mengajar di jam pertama kelas tersebut.
            “Ihtiroom.”Suara lantang dari salah satu santriwan yang berdiri dari duduknya diikuti oleh semua murid yang dikelas.
“Hayyu.”lanjut santriwan tersebut dengan intonasi yang tetap lantang.
“Assalam mu’alaiku warohmatullahi wabarokatuh.” Semua murid yang ada didalam kelas langsung mengucap salam.
“Wa’alaikum salam warohmatullahi wabarokatuh.” Jawab ustadz dengan tenang.
Semua murid langsung duduk seperti semula.
“ah iya, kata Abah ada santri baru ya?” Tanya ustadz yang bernama ustadz Akbar.
“na’am ustad, santriwati.”jawab Rara seraya berdiri dan langsung duduk kembali setelah menjawab pertanyaan ustadz Akbar.
“baiklah ayo maju untuk perkenalan diri kepada teman-teman barumu.”
Nadya langsung maju kedepan tepat disamping meja guru, seketika didalam kelastersebut mulai terdengar suara bisik-bisik dari santriwati dari barisan bangku paling pojok belakang.
“tolong yang dibelakang diam!!” ustadz Akbar mengeluarkan suara yang terdengar keras. Ustad Akbar akan marah jika menemukan santriwan atau santriwati yang tidah disiplin.
“kelaspun langsung terasa sunyi tak ada sedikitpun suara yang terdengar sedangkat santriwati yang berbicara tersebut langsung menunduk terdiam dibangkunya.
“lanjutkan nak.” Kata ustadz Akbar pada Nadya.
“Assalammu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.”Salam Nadya dengan sopan. Memang sejak kejadian tadi subuh, ia sudah bertekad pada dirinya sendiri untuk mulai hijrah dan memperbaiki dirinya sendiri. Ia pun sudah sadar dengan kesalahan yang ia perbuat sebelumnya, setelah mendengar cerita dari Asyfa semalam.
“Wa’alaikum salam warohmatullahi wabarokatuh.”jawab salam dari seluruh santriwati dan san santriwan beserta ustadz Akbar.
“perkenalkan nama saya NADYA ALYSSA PUTRI, saya pindahan dari Jakarta. Sekian, Wassalam mu’alaikum warohmatulklahi wabarokatuh.” Nadya memperkenalkan diri dengan singkat dan diakhiri dengan salam.
“Wa’alaikum salam warohmatullahi wabarokatuh.”jawab salam semuanya.
“yasudah, nak Nadya silahkan kembali ketempaat duduk kamu.”Nadya langsung kembali ketempat duduknya.Uastadz Akbar langsung memulai pembelajaran Aqidah Akhlak.
            Tak terasa tiga jam berlalu, bel istirahat berbunyi. Ustadz Akbar langsung mencukupi pembelajaran dengan mengucap salam dan dijawab oleh seluruh santri kelas tersebut.
            Nadya, Asyfa, dan Rara bergegas menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang terus berbunyi. Sesampai mereka dikantin, mereka langsung menempati meja kantin yang masih kosong.
“ah iya, kebetulan hari ini hari pertama aku masuk sekolah, giman kalau aku yang traktir, sebagai ucapan terima kasih dari aku untuk kalian karena kalian mau bantu kesulitan akau dari semalem. Gimana?” tawar Nadya yang dibalas dengan senyuman lembut Asyfa dan tatapan berbinar dari Rara.
“beneran Nad? Asyiik, kebetulan banget, uang saku aku udah menipis.Mana jadwal orang tua akau ngirim uang ke aku masih lima hari lagi, uuuh pusing deh, mana aku masih kekurangan buku tulis.”Rara mengeluarkan keluhaannya pada Nadya dan Asyfa.Ia benar-benar pusing mengatur uang sakunya yang mulai menipis.
“iya beneran aku yang teaktir.”jawab Nadya dengan senyumannya.
“kamu yang sabar ya Ra, aku juga sama kok, uang saku aku mualai menipis. Bahkan aku bakalan dikirimin uang sama orang tua aku minggu depan.” Asyfa ngelus punggung Rara.
“huh, gini nih susahnya jadi santri. Harus pinter-pinter ngatur uang saku.”Kata Rara dan Nadya hanya tersenyum menatap Asyfa dan Rara.
“udah, jangan sedih lagi. Oh iya, jadi kalian mau makan apa. Kan, aku yang mau traktir kalian.”Nadya berdiri tepat didepan Asyfa dan Rara.”
“aku mau nasi goring pedas sama air mineral aja, supaya cepet kenyang. Hehe.”Rara menyebutkan pesanannya.
“aku samain aja sama Rara.” Asyfa menyebutkan pesanannya.Nadya langsung bergegas menuju abang penjual nasi goreng.Setelah mendapatkan pesanannya, Nadya kembali ketempat Asyfa dan Rara sambil membawa nampan yang yang berisi pesanan mereka.
            Setelah makanan mereka habis, mereka langsung kembali ke kelas, karena bel masuk akan berbunyi sekitar dua menit lagi.
            Saat berada didalam kelas, dan Nadya langsung duduk dibangkunya. Tak lama tiga orang santri wati menghampiri Nadya dan berdiri tepat di depan meja Nadya. Nadya langsung menatap ketiga santri tersebut dengan pandangan bingung.
“heh, kamu kan yang namanya Nadya?.”Tanya salah satu dari ketiga santri tersebut yang penampilannya paling mencolok diantara kedua temannya.
“iya, memangnya kenapa?Dan kalian siapa?” sungguh, Nadya tidak takut dengan tatapan tajam ketiga santri tersebut.
“kamu santri baru kan disini, kamu nggak tau kita siapa? Kita ini, santri terpopuler di sekolah ini.Dan nama aku Risa, anak kelas XI IPS.”Kata ketiga santri tersebut dengan sombong.
“terus apa pentingnya buat aku, mau kalian popular kek, ngetop kek, atau apalah itu. Nggak penting buat aku.”Sifat asli Nadya yang suka berbicara pedas mulai keluar kembali.
“heh kok kamu nyolot sih, kamu berani sama kita!” bentak alah satu dari mereka yang langsung menjadi perhatian seluruh santri yang di dalam kelas tersebut.
“buat apa aku takut sama orang seperti kalian, dan sorry aja, aku nggak punya waktu buat ngeladenin kalian. Nggak penting banget.” Nadya berdiri dari duduknya dan berniat keluar dari kelas karna merasa gerah dngan situasi tersebut, namun saat akan melangkah tangannya langsung ditahan oleh santri yang bernama risa, gadis yang dandanannya tidak mencerminkan anak santri. Dengan rok diatas mata kaki, baju yang sudah mulai memperlihatkan bentuk tubuhnya walaupun baju seragam tersebut berlengan panjang, dan jilbab yang tipis.
“lepas.” Kata Nadya dengan aura yang dingin, Nadya paling tidak suka jika ketenangannya diganggu.Tak segan-segan, Nadya pernah membuat orang masuk UGD karna merasa dirinya terganggu.
Risa tidak mengindahkan kata Nadya, justru Risa langsung mendorong bahu Nadya hingga punggungnya membentur tembok kelas.
Asyfa dan Rara yang melihat hal itu langsung menolong Nadya.
“RISA! Kamu apa-apaan sih hah, kamu nggak ada kerjaan lain apa.” Walaupun Rara memiliki sifat yang paling kekanakan, dia akan sangat tegas bila melihat seseorang yang bererti dihidupnya diganggu oleh orang lain.
“kenapa? Kamu nggak terima aku gangguin dia, dan lagi pula kamu kenapa sih belain dia. Dia itu belum ada sehari di pondok ini.”Risa tidak takut dengan gertakan dari Rara.
“iya, aku nggak terima kamu perlakuin SAHABAT aku kayak gini.” Rara menjawab dengan penekanan pada kata “SAHABAT”.
“hahahaha, aku nggak percaya tuh, yakali jadi sahabat dalam setengah hari.” Ucap Risa dan tertawa diikuti oleh kedua temannya.
“inget ya Risa, sahabat nggak mandang waktu. Tapi sahabat itu dilihat dari kesetiaan dan saling percaya.” Kali ini Asyfa yang langsung angkat bicara, ia tidak terima persahabatannya diragukan olegh orang lain, apalagi oleh orang yang selalu mencari sensasi dipondok tersebut.
Seketika Risa dan kedua sahabatnya terdiam.
“lagi pula tujuan kamu ke kelas inituh apaan sih. Nggak jelas banget.”Sambung Rara dengan sinisnya.
“aku sama temen aku mau buat perhitungan sama sahabat kamu yang namanya Nadya itu, jadi cewek jangan sok kecantikan deh, sok tebar pesona lagi. Murahan tau nggak.”Jawab Risa dengan enteng dan membuat semua santri berbisik-bisik.Tanpa mereka sadari tanagan Nadya sudah terkepal menahan amarahnya.
“DIAM!!!” habis sudah kesabaran Nadya. Harga dirinya sudah diinjak-injak oleh orang yang bahkan takidak ia kenal.
            Seketika kelas menjadi hening dengan bentakan keras dari Nadya.
“CUKUP YA, KALIAN UDAH KELEWATAN!”bentak nadya yang sudah maju lebih dekat dengan Rasa dan kedua temanmya.
“DAN KAMU RISA! KAMU BILANG AKU MUARAHAN. KAMU NGGAK PUNYA KACA HAH? KAMU SADAR, KAMU ITU SANTRI. APA IYA, SEORANG SANTRI BERPRILAKU TIDAK SOPAN? APA IYA SEORANG SANTRI BERPENAMPILAN SEPERTI ORANG YANG TIDAK TAU AURAT?. KAMU ITU DISEKOLAHKAN TAPI KAMU TIDAK BERPRILAKU SEPERTI ORANG YANG BERPENDIDIKKAN!” mendengar bentakan Nadya, Risa dan kedua temannya langsung pucat, niatnya membuat Nadya malu, justru ia sendiri yang malu.
“SEKALI LAGI AKU PERINGATKAN. JANGAN PERNAH KALIAN CARI MASALAH SAMA AKU ATAUPUN SANTRI YANG LAIN, KALAU SAMPAI ITU TERJADI, SIAP-SIAP SAJA KALIAN DIKELUARKAN DARI PONDOK PESANTREN INI.” Setelah memberi peringatan, Nadya langsung menarik tangan Asyfa dan Rara keluar dari kelas, karena bel pulang sudah berbunyi.Memang, dalam sehari hanaya ada dua mata pelajaran.Sehingga, para santri langsung dapat bersiap untuk sholat zuhur.
******************************
            Sesampai mereka di kamar asrama, Nadya langsung merebahkan tubuhnya diatas ranjangnya.Sedangkan Asyfa dan Rara duduk tepat disamping Nadya.
“Nadya, kamu yang sabarya. Aku ngerti, kamu pasti sakit hati sama Risa.” Nadya langsung terduduk mendengar perkataan Rara.
“iya, kamu yang sabar ya.” Asyfa mengelus pundak Nadya.Nadya mengangguk seraya tersenyum.
“iya, Insyaallah aku akan terus bersabar. Tapi, kalau mereka udah kelewatan aku akan langsung lapor ke Abah.”Kata Nadya menggebu-gebu.
“iya. Oh iya, ayo kita siap-siap untuk sholat zuhur.” mereka langsung bergegas mengambil air wudhu.      
            Sesampai mereka di masjid, mereka langsung melaksanakan sholat sunnah. Setelah sholat sunnah, imam langsung berdiri diikuti oleh seluruh santriwan dan santri wati untuk meluruskan sab sholat.
            Setelah melaksanakan sholat zuhur disusul dengan sholat sunnah, Asyfa dan Rara langsung mengajarkan Nadya membaca Al-Qur’an. walaupun Nadya sedikit kesulitan, tapi Nadya tidak pantang menyerah.
            Setelah satu jam mengaji, dan masjid sudah terlihat sepi, mereka langsung bergegas kembali ke asrama. Sesampai mereka di asrama Nadya langsung melanjutkan belajar membaca Al-Qur’an. Rara dan Asyfa yang berniat istirahat tidur siang, namun saat melihat Nadya yang terlihat giat untuk bisa membaca Al-Qur’an dengan baik, Asyfa dan Rara langsung menghampiri Nadya yang sedang membaca suroh Al-Baqarah dengan khusyuk.
            Walaupun hanya dalam satu jam, Ndya sudah dapat membaca Al-Qur’an dengan cukup baik, karena dengan kesungguhannya. Dan berkat ingatannya yang masih mengingat huruf-huruf hija’iyahyang diajarkan oleh papanya saat masih SD.
            Jam sudah menunjukkan pukul 13:35. Nadya menyudahi membaca Al-Qur’an yang ia lakukan dengan di ajarkan oleh Rara dan Asyfa.
“Alhamdulillah.Walaupun dengan waktu yang singkat kamu bisa membaca Al-Qur’an dengan cukup baik.”Kata Asyfa dengan tersenyum.
“iya, aku salut dengan kegigihan kamu yang ingin lancer membaca Al-Qur’an.” Sahut Rara dengan tersenyum hingga memperlihatkan lesung pipinya.
“Alhamdulillah, ini juga berkat kalian. Terima kasih karena kalian sudah mau bantu aku untuk bisa membaca Al-Qur’an dengan baik. Aku sangat bersyukur kepada Allah, yang sudah mengirimkan sahabat- sahabat seperti kalian.”Ucap Nadya dengan mata yang berkaca- kaca.
Asyfa yang mendengar perkataan Nadya yang sungguh menyentuh hatinya, langsung meneteskan air matanya. Begitupun dengan Rara, ia langsung memeluk Asyfa dan Nadya.
“aku juga sangat-sanagat bersyukur kepada Allah karna mempertemukan kia menjadi sahabat. Dan aku berharap kita bisa menjadi sahabat sampai disurga- Nya.”Ucapan Asyfa membuat tangis Nadya dan Rara lagsung pecah.
            Nadya melepas pelukannya dan menatap Asyfa dan Rara secara bergantian.
“terimakasih sudah mau menjadikan aku sebagai sahabat kalian, walaupun kalaian tau bagaimana kenakalan yang aku lakukan sebelum aku masuk ke pesantren ini.” Nadya menghapus air matanya. Asyfa dan Rara hanya menganggukkan kepala, karena tadak bisa berkata-kata lagi.
******************************
            Tak terasa, seminggupun berlalu. Persahabatan Nadya, Asyfa, dan Rara semakin erat. Mereka saling melengkapi satu sama lain.Saat ada masalah mereka selalu saling melindungi dan saling membantu.
            Setiap haripun Asyfa dan Rara tidak pernah absen membantun Nadya untuk menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara muroja’ah Al-Qur’an dari surah yang mudah dihafalkan oleh Nadya seperti juz 30.
            Nadya tak hentinya beryukur karna memiliki kemampuan menghafal yang kuat, karna walau dalam seminggu ia dapat menghafal satu juz, tak lupa ia juga selalu bersyukur dengan kehadiran kedua sahabatnya, karna jika bukan karna sahabatnya yang selalu membantu dan menyemangati dirinya untuk selalu berusaha, mungkin ia akan sangat kesulitan menjalani kehidupannya dipondok pesantren dan menghafl ayat-ayat Al-Qur’an dengan baik.
            Di setiap hari minggu, pondok pesantren tersebut selalu melakukan kegiatan bersih-bersih. Ada yang mendapat bagian mencuci piring, menyapu aula, menyapu halaman belakang asrama, menyapu lapangan, menyapu halaman depan, membersihkan kamar mandi, dan menyiram tanaman. Ada juga yang mendapat bagian pergi kepasar yang dekat dengan pondok yang jaraknya kurang lebih 500 meter, ada juga yang mendapat bagian memasak yang pastinya akan dibantu oleh kak Jihan yang merupakan anak ke-dua dari Abah dan Umi yang merupakan pemilik pondok pesantren tersebut.
            Kini, Nadya, Asyfa, dan Rara mendapat bagian membersihkan kamar mandi yang berjumlah sepuluh bilik kamar mandi.
“WHAT!! Asyfa, Rara. Kita beneran bakalan bersihin semua kamar mandi ini?” Tanya Nadya menjerit saat melihat keadaan kamar mandi yang baud an lumayan kotor.
“iya, emangnya kenapa?” jawab Rara dengan enteng, memang Asyfa dan Rara sudah terbiasa dengan kegiatan tersebut.
“Iiih aku nggak mau ah, ini itu kotor tau.”Jawam Nadya dengan sebal.
“nah, justru karena koror kita bersihin. Ya kali kita bersihin kamar mandi yang udah bersih.”Sahut Rara dengan nada bicara yang menurut Nadya sungguh menyebalkan.
“Iiiih, kotor sih kotor, tapi nggak sekotor ini juga. Ini tuh kayak kamar mandi yang udah setahun nggak di bersihin.” Nadya tetap ngotot tidak mau ikut membersihkan kamar mandi.
“udah jang bangan banyak bicara ah, kapan mau selesainya kalau kita cuma ngelihatin kamar mandinya doang.” Perkataan Rara mendapat pesetujuan dari Asyfa, sedangkan Nadya hanya pasrah dan dengan sangat terpaksa ikut membersihkan kamar mandi yang enurutnya sangat kotor tersebut.
            Setelah 45 menit membersihkan kamar mandi, Asyfa, Nadya, dan Rara tersenyum melihat seluruh kamar mandi yang tadinya sangat kotor, kini sangatlah bersih.Baju mereka tampak sudah basah oleh keringat dan air yang mereka gunakan saat membersihkan kamar mandi.
“Alhamdulillah, selesai juga.”Asyfa mengucap syukur dan di susul oleh Nadya dan Rara.
“Asyfa, Rara. Ke kamar yuk, ambil perlengkapan mandi kita. Aku udah gerah banget pengen mandi.” kata Nadya sambil mengibaskan kedua tangannya didepan wajahnya, menandakan ia benar-benar merasa gerah.
“yaudah ayo.” mereka pun langsung berlalu menuju kamar untuk mengambil perlengkapan mandi mereka tak lupa membawa baju serta jibab ganti mereka.
            Setelah membersihkan diri, mereka langsung bergegas menuju dapur untuk mengambil makan siang karna waktu sudah menunjukkan pukul 11:15 dan sebentar lagi akan masuk waktu zuhur.
            Sesampai mereka didapur, mereka langsung mengambil nasi beserta lauk pauk tak lupa mengambil air minum.Saat mereka sudah mengambil nasi dan air minum, mereka langsung menuju ruang makan dan mendudukkan diri mereka dilantai yang sudah dilapisi tikar tipis. Memang ruang makan tersebut tidak tersedia meja makan, karena dengan mereka duduk beralaskan tikar, mereka akan merasakan bagaimana kebersamaan dalam hal kesederhanaan. Apalagi pada saat semua santriwati melakukan buka bersama saar bulan puasa. Mereka semua akan berbuka bersama tidak menggunakan piring, melainkan menggunakan daun pisang, dimana satu daun pisang untuk sepuluh porsi santriwati.
            Dapur santriwan dan santriwati terpisah, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan karna terlalu sering bertemu. Dan juga mempermudah untuk santriwati yang menggunakan cadar saat akan makan.
            Saat Nadya, Asyfa, dan Rara selesai membaca do’a akan makan, datanglah seorang gadis dengan anggunnya duduk tepat disamping Nadya yang otomatis berhadapan dengan Rara, karna Nadya duduk berhadapan dengan Asyfa.
“Assalammu’alaikum.” Gadis tersebut tersenyum sambil menatap Nadya, Rara, dan Asyfa bergantian.
“Wa’alaikum salam.” Jawab mereka bersamaan.
Asyfa dan Rara tersenyum lebar mengetahui kalau yang datang adalah orang yang selalu membantu mereka. Sedangkan Nadya, terbingung menatap gadis tersebut.
Merasa diperhatikan, gadis tersebut menatap keaarah Nadya tetap dengan senyuman hangatnya.
“sepertinya aku belum pernah melihat mu. Apa kamu santri baru yang datang satu minggu lalu ya?” Tanya gadis tersebut dan dibalas anggukan oleh Nadya.
“kalau begitu, perkanalkan nama aku JIHAN IFTINAN, kamu bisa panggil aku kak Jihan.” Ya, gadis tersebut adalah JIHAN, gadis yang sering membantu santriwati yang mendapat bagian memasak.
“kalau aku NADYA ALYSSA PUTRI.”kata Nadya dengan tersenyum.
“nah Nadya, kak Jihan ini anak kedua dari Abah dan Umi. Kak Jihan ini juga yang akan bantuin kita memasak untuk acara makan bersama yang akan diadakan minggu besok. Kamu ingetkan hasil rapat yang aku bulang seminggu yang lalu?Acara menyambut anak Abah dan Umi yang pertama yang juga kakak dari kak Jihan.”Jelas Rara dengan panjang lebar.
“iya, aku inget kok.” Jawab Nadya singkat.
“oh iya, apa kalian tidak keberatan kalau kak jihan ikut gabung makan siangnya?, nggak eanak makan sendiri. Hehehe” Tanya kak jihan meminta izin pada mereka.
“tentu kak, ayo kita makan bareng, lebih rame lebih seru.” Jawab Asyfa yang disetujui oleh Nadya dan Rara.Merekapun makan dengan nikmat.
            Setelah mereka makan siang bersama, kak jihan langsung pamit untuk pulang kerumah, karna Uminya sedang sendiri sedangkan Abahnya sedang ada acara diluar pondok pesantren.
            Nadya, Asyfa, dan Rara langsung bergegas bersiap untuk sholat zuhur karena watu sudah menunjukkan pukul 11:50.
            Sesampai mereka di masjid, mereka langsung melanjutkan hafalan Al-Qur’an mereka. Asyfa melanjutkan hafalannya yang sudah 20 juz, Rara melanjutkan hafalan Al-Qur’an nya yang sudah 17 juz, dan Nadya yang baru dapat menghafal satu juz. Mereka tampakl sangat khusyk saat membaca satu demi satu ayat Al-Qur’an.
            Mendengar suara Adzan, mereka langsung menyudahi membaca Al-Qur’an mereka dan langsung menjawab suara Adzan yang berkumandang dengan merdunya.
            Setelah melaksanakan sholat zuhur, mereka bertiga tetap berada didalam masjid dan melanjutkan hafalan Al-Qur’an mereka.Saat waktu sudah menunjukkan pukul 14:10 mereka menyudahi kegiatan menghafal mereka dan segera menuju kamar asrama mereka.
            Sesampai mereka dikamar asrama, mereka langsung merbahkan tubuh mereka diranjang mereka masing-masing.
“uuuh,,, badan aku pegel semua, pasti gara-gara bersihin kamar mandi yang kotornya ngelebihin kamar mandi umum.” Gerutu Nadya sambil memijit kakinya.
Asyfa yang mulanya akan tertidur, langsung membuka matanya dan menghampiri Nadya. Sedangkan Rara sudah tertidur dengan pulasnya.
“Nadya, aku juga dulu waktu baru masuk pondok kayak kamu, tapi lama kelamaan kamu akan terbiasa dengan kegiatan yang ada dipondok ini.”Asyfa membantu memijit kaki Nadya.
“hmmmmm Asyfa, kamu cerita dong, gimana kejadiannya kamu bisa masuk kepesantren ini.” Pinta Nadya yang penasaran dengan alas an Asyfa bisa masuk kepesantren tersebut.
Mendengar perkataan Nadya seketika wajahnya memucat dan secara tak sadar tangannya yang memijit kaki Nadya seketika terhenti.
Melihat perubahan raut wajah Asyfa, Nadya langsung terbingung.
Tangan Nadya langsung menyentuh bahu Asyfa yang terlihat melamun.
“Asyfa kamu kenapa?Kok muka kamu pucet, kamu sakit ya?”Tanya Nadya y6ang membuat Asyfa tersadar dari lamunannya.
“hah, nggak kok. Aku nggak sakit.”Asyfa menggelengkan kepalanya.
“Nadya, kalau aku cerita kenapa aku bisa masuk kepesantren ini, kamu janji ya jangn ngehindar dari aku?” pinta Asyfa sambil menatap Nadya.
“iya aku nggak akan jauhin kamu kok, lagi pula buat apa aku jauhin kamu.” Kata Nadya dengan bingung.
“dulu…. Aku sangat menyukai dunia malam, minum alcohol, pacaran, pakai pakaian mini.Aku mengenal dunia malam saat aku berumur 15 tahun, saat itu aku hanya mencari pelampiasan dari rasa sakit hati akau saat melihat dengan mata kepala aku sendiri papa dan mama aku bertengkar dengan hebatnya. Saat itu aku belum mengetahui apa sebab mereka bertengkar. Itu sungguh sangat membuatku terpukul.” Cerita Asyfa terhenti sejenak karna tangisnya yang tak dapat ia tahan lagi, Nadya yang mendengar cerita Asyfa dan melihat Asyfa meneteskan air mata pun iku menangis.
Rara yang sebelumnya tertidur langsung terbangun mendengar isak tangis yang terdengar pilu.Saat mengetahui siapa yang menangis, Rara langsung menghampiri Asyfa dan Nadya yang terlihat berantakan dengan mata yang sembab.
“loh kalian kenapa?” Tanya Rara terheran dan duduk tepat disamping Asyfa yang mulai bisa mengontrol tangisnya.
“aku-cerita-ke-Nadya. Kejadian- yang-membuat-aku-bisa-masuk-ke-pesantren-ini.”Jawab Nadya sesegukkan.
Mendengar itu, Rara langsung mengelus punggung Asyfa.Rara memang sudah mendengar cerita pilu dari Asyfa saat Asyfa baru datang kepesantren tersebut.
Asyf menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, dan mulai melanjutkan ceritanya.
“hari demi hari, mereka tetap selau berantem. Akupun semakin tidak terkendalikan dengan selalu pulan larut malam, bahkan aku sering pulang pagi.
Dan setelah satu bulan lamanya, mereka baru menyadari kalau aku selalu pulang larut malam.Papa langsung menampar pipiku, hatiku samangat hancur.Kemana papa yang selalu lembut kepadaku, kemana mama yang selalu memperhatikanku.
Karna aku sudah tidak kuat, aku memilih pergi dari rumah tanpa membawa apa-apa.Bahkan aku hanya berjalan kaki dan berjalan tanpa arah.Aku baru menyadari saat aku sudah berada disebuah gang kecil yang gelap.Aku terus berjalan, samar-samar aku melihat dari kejauhan ada segerombolan preman berb adan kekar sedah menatapku dengan pandangan yang menurutku sangat menjijikkan.Aku langsung berlari saat melihat mereka mulai mendekatiku.Aku sangat ketakutan, saat aku sudah berada dipinggir jalan raya yang sudah sepi, mereka masih mengejarku.Mereka berjumlah tujuh orang sedangkan aku hanya sendiri dengan ketakutan. Tenagaku sudah hamper habis, aku sudah tak kuat berjalan lagi. Mereka langsung menyeretku dengan kasar.Mereka  merobek bajuku sampai setengah, karna tiba-tiba varo sepupuku datang dan langsung menghajar mereka habis-habisan. Varo langsung melepashan jaketnya dan memasangkan ditubuhku yang setengah terbuka.Aku menangis dipelukannya, aku sangat ketakutan.Varo mengantarku pulang, sampai dirumah, mama langsung histeris melihat keadaanku begitupun dengan papa, papa langsung menggendongku menuju kamar. Papa langsung meminta maaf kepadaku saat setelah mendengar cerita varo, mama langsung memelukku yang menangis dengan kencang. Papa dan mama langsung berjanji kepadaku kalau mereka tidak akan pernah bertengkar lagi dan selalu memperhatikanku.
Ada rasa bahagia saat mereka berdua kembali akur.tapi, aku sangat trauma dengan kejadian malam itu. Aku langsung histeris ketakutan saat melihat laki-laki walaupun itu adalah keluargaku.Aku bahkan pernah mencoba bunuh diri karna aku merasa sangat jijik kepada diriku sendiri.Melihat keadaan aku yang semakin hari semakin memburuk papa dan mama langsung membawaku ke psikeater untuk menghilangkan trauma yang aku alami.Aku terus berobat sampai kurang lebih empat bulan lamanya.
Saat itu aku langsung sadar, betapa pentingnya menjaga auratku. Aku langsung selalu menjalankan solat lima waktu, memulai menjaga aurat,dan memperdalam ilmu agama.Aku piker-pikir, lebih baik aku masuk pondok pesantren untuk lebih memperdalam ilmu agama. Mama dan papa menyetujui keinginanku untuk masuk pondok pesantren.” Asyfa mengakhiri ceritanya.Nadya yang mendengarkan cerita Asyfa tersebut merasa salut dengan perjuangannya.
“Nad, kamu nggak baklan jauhin aku kan karna dengerin cerita aku yang hampir,,,,
“nggak, justru aku bangga karna mempunyai sahabat yang kuat seperti kamu Asyfa, begitupun kamu Ra.” Nadya memotong ucapan Asyfa.
Merekapun langsung saling berpelukan dan tertawa bahagia.
******************************
            Tak terasa, satu minggupun berlalu.Kini semua santriwan dan santriwati, disibukkan dengan acara penyambutan anak pemilik pondok pesantren.
            Pagi ini, lebih tepatnya pukul 10:16. Nadya, Asyfa, Rara, dan kak Jihan sedang disibukkan dengan berbelanjan untuk bahan-bahan memasak nanti. Saat merasa sudah cukup, merekapun langsung menuju mobil milik kak Jihan.Dalam perjalanan, mereka tampak asyik bercanda dan saling menjaili, terlebih Rara yang hobinya menjaili Nadya, sedangkan Nadya hanya pasrah dengan kejahilan Rara.
            Sesampai mereka dipondok pesantren, mereka langsung bergegas menuju dapur dan mulai memasak.Di dapur, Nadya sudah tak sabar untuk menyentuh alat-alat dapur dan memasak. Walaupun Nadya sedikit tomboy, tapi ia sangat lihai dalam memasak. Apalagi kalau membuat kue, ia sangat pandai dalam hal itu.
            Saat mereka sampai didapur, mereka langsung memulai memasak, Nadya langsung memulai memasak dengan cekatan.Bahkan kak Jihan yang sudah pintar memasak, terbengong melihat kelihaian Nadya dalam memasak.Terlebih Rara dan Asyfa yang melihat Nadya dengan mulut terbuka, bahkan Rara sampai meneteskan air liurnya tanpa sadar.
Nadya yang menyadari sahabatnya terbengong, dengan sengaja dia memukul spatula yang ia bawa dengan panic penggorengan, hingga Rara, Asyfa, dan kak Jihan langsung terkaget.
“HAHAHAHA…HAHAHAHA….” Tawa Nadya langsung pecah seketiha.
“NADYA!!” teriak Rara, Asyfa, dan kak Jihan dengan serentak.
“Ish, kamu jail banget sih, kan kita kagum lihat kamu yang lihai saat memasak.”Kata Rara dengan cemberut.
“hehehe… maaf, maaf. Hehehe” Nadya hanya menyengir saat ditatap Rara dengan pandangan sebal.
“ah, sudah-sudah. Ayo kita lanjut lagi masaknya, biar cepat selesai.”Kata kak Jihan, dengan lembutnya.

“SIAP KAK JIHAN!”jawab mereka dengan semangat tinggi.
 Satu jam kemudian, mereka menatap dengan puas hasil masakan mereka. Nadya mengalihkan pandangannya pada jam yang melingkar dengan cantiknya dipergelangan tangannya. Nadya begitu terkejut melihat jam sudah menunjukkan pukul 12:20.
“ASTAGA!, kita udah telat sholat zuhur berjamaah.” Rara, Asyfa, dan kak Jihan langsung segera bergegas meninggalkan dapur, menyusul Nadya yang sudah lari lebih dulu menuju kamar asrama. Kebetulan kak Jihan memutuskan menginap untuk semalam dikamar Nadya, Rara, dan Asyfa, dan kak Jihan akan tidur satu ranjang dengan Nadya yang memiliki ranjang yang muat untuk dua orang.
            Sesampai mereka didalam kamar asrama, mereka bergegas mengambil mukena, dan langsung mengambil air wudhu.
            Saat mereka memasuki masjid, masjid sudah tampaka sepi.Karena mereka yang telat datang ke masjid. Para santri yang biasanya mengaji setelah sholatpun lagsung menuju aula, tempat acara penyambutan akan dilaksanakan.
            Mereka ber-empat langsung melaksanakan sholat zuhur secara berjama’ah, dengan kak Jihan sebagai imamnya.
******************************
            Acara yang dinantikan pun tiba, mereka sangat antusias dengan acara penyambutan anak dari pemilik pesantren tersebut yang merupakan anak Abah dan Umi, kak Jihan pun sudah sangat tidak sabar ingin bertemu dengan sang kakak setelah tiga setengah tahun lamanya tidak bertemu.
            Kak Jihan yang bertugas menjemput kakaknya dibandara, langsung menarik tangan Nadya untuk ikut bersamanya menuju bandara. Dengan alasan, kak Jihan belum pernah pergi sendiri keluar dari pesantren kecuali kepasar, itupun ia selalu ditemanai oleh Asyfa ataupun Rara.
            Sesampai kak Jihan dan Nadya dibandara, mereka berdua celingukan melihat ramainya bandara.
“hmmmm, kak Jihan. Kakaknya kak Jihan itu gimanasih? Kan aku nggak tau rupanya kayak gimana.” Kata Naday yang langsung membuat kak Jihan menepuk pundaknay, kak Jihan langsung memperlihatkan selembar foto seorang pemuda yang berkulit putih, berhidung mancung, mata yang bulat dengan bulu mata yang lentik.
“hmmmm, mana ya.” Nadya celingukan meneliti setiap orang yang berlalu-lalang.
“KAKAK!” Nadya langsung tersentak kaget mendengar teriakan dari kak Jihan yang berlari menuju seorang pemuda yang berbadan tinggi dan tegap, dengan wajah yang mirip dengan foto yang ia pegang. Entah mengapa, ia merasa hengat saat matanya menatap mata kakak dari kak Jihan yang kebetulan sedang menatapnya juga.
Nadya yang tersadar bahwa apa yang ia lakukan termasuk zina mata, Nadya langsung mengucapkan Istigfar dalam hati.
Nadya langsung menunduk saat mengetahui kak Jihan menggandeng tangan pemuda tersebut.
“Nadya, ini dia kakak nya kak Jihan.Yang sedari tadi kita cari.” Ucap kak Jiha dengan tersenyum pada Nadya dabn dibalas senyuman manis dari Nadya.
“ah yasudah ayo kita pulang, kita sudah ditunggu sama yang lain dipondok.” Kak Jihan dan pemuda tersebut lebih dulu berjalan dan disusul Nadya dibelakangnya.
            Nadya terus memperhatiakn kak Jihan dan kakaknya dari belakang, ia bahagia melihata kak Jihan bahagia. Merekapun langsung memasuki mobil, kak Jihan duduk dibagian samping kemudi, Nadya duduk dibagian kemudi, dan kakaknya kak Jihan berada dibelakang karena kak Jihan yang memaksa untuk kakaknya beristirahat.
            Di tengah perjalanan, yang dimana melewati jalan yang sepi. Tiba-tiba, doa motor dengan pengemudi berbaju hitam menghadang mobil mereka. Terlihat wajah kak Jihan memucat, Nadya tampak biasa saja, karena dia sudah biasa dalam hal berkelahi sedangkan yang duduk dibagian belakang menunjukkan raut wajah yang sulit untuk ditebak.
“astaga Nad, kita dihadang sama preman. Aku takut Nad. Kak aku takut gimana dong.”Kak Jihan sudak sngat terlihat pucat.
“dek, kamu tenang dulu ya. Jangan terlalu panik.Istigfar dek.” Kata sang kakak menenangkan kak Jihan.
            Nadya sedang fokus melihat para preman yang berjumlah empat orang. Nadya hanya tersenyum miring melihat salah satu diantara mereka sudah mengeluarkan pisau lipatnya dan menggedor pintu mobil menginstruksi untuk keluar dari dalam mobil.
Nadya dengan santainya keluar sambil mengangkat kedua tangannya bertanda ia pasrah, para preman tidak mengetahui kalau sisi kejam dari Nadya sudah keluar, dan menyerah adalah salah satu taktiknya.
Kak Jihan sudah mengeluarkan air mata ketakutannya.Sedangkan kakak dari kak Jihan dengan santai keluar dari mobil dengan tangan berada didalam kantong celananya.
Nadya melihat salah satu dari preman tersebut menyentuh dagu kak Jihan dan langsung diberi bogeman dari kakaknya.Preman tersebut menyerang dengan mengeroyok kakak nya kak jihan.
“KAK ALI, AWAS!” teriak kak Jihan saat melihat dari arah belakang kakaknya ada preman yang sudah membawa balok kayu dan siap melayangkannya pada kepala kakaknya yang bernama ALI.
Saat balok itu hampir melayang menuju kepala kak Ali, Nadya sudah lebih dulu menendang tangan preman tersebut.Tak segan-segan, Nadya langsung menghabisi ke-empat preman tersebut dengan dibantu kak Ali.Saat preman tersebut sudah terlihat btak berdaya, preman tersebut langsung mengambil motor mereka dan melarikan diri.
“Nadya, kamu nggak pa-pa kan? Ada yang luka?”Tanya kak Jihan secara beruntun.
“eh, Alhamdulillah aku nggak pa-pa kok kak, dan nggak ada luka juga kok.” Nadya tersenyum melihat kak Jihan yang sanagat khawatir dengan dirinya.
“kak Ali juga nggak pa-pa kan?” Tanya kak Jihan yang masih terlihat sangat khawatir.
“kakak nggak apa-apa kok dek, kamu jangan khawatir lagi.”mendengar jawaban kak Ali, kak Jihan langsung tersenyum seraya mengangguk.
“yasudah, kalau begitu ayo kita segera kembali kepondok pesantren. Pasti mereka semua khawatir karna kita yang tidak sampai-sampai,” ajak Nadya.
“hmmm, kali ini, biar kakak saja yang bawa mobilnya. Lagi pula ini sudah agak dekat dengan pondok pesantren.”Ujar kak Ali, Nadya dan kak Jihan menyetujuinya dan merekapun langsung melanjutkan perjalanan menuju pondok pesantren.
            Setibanya ereka dipondok pesantren, mereka langsung disambut oleh Abah dan Umi, tak lupa para santriwan dan santriwati juga ikut menyambut kedatangan mereka.Nadya, kak Jihan, dan kak Ali langsung keluar dari mobil dan menyalami Abah dan Umi.
“Assalammua’alaikum Abah, Umi.” Salam mereka ber-tiga.
“Waalaikum salam nak.”Umi langsung memeluk kak Ali, karena begitu rindu dengan anak peramanya itu.
Kak Ali langsung membalas pelukan Uminya.Ia juga sangat meridukan Uminya.
“yasudah, ayo kita kemasjid untuk sholat ashar terlebih dahulu.” Ajak Abah karena melihat jam sudah menunjukkan pukul 15:20.
******************************
Setelah mereka melaksanakan sholat berjama’ah, dan Abah langsung yang menjadi imam.mereka semua langsung menuju aula yang disana sudah tersedia berbagai jenis makanan. Para santri terlihat bahagia saat melihat berbagai macam makanan yang mereka sukai sudah tersedia.
Umi langsung melayani Abah dengan mengambilkan nasi beserta lauk pauk. Kak Ali sudah tidak sabar untuk menikmati makanan yang berciri khas Indonesia, karena makanan di kairo mesir, tidak seenak makanan Indonesia yang kaya akan rasa rempah-rempah.
            Semuanay tertawa bahagia, begitupun Nadya yang sangat-sangat bahagia karena seumur hidupnya, ia tidak prnah sebahagia ini, tapi bukannya tidak pernah bahagia bersama kedua orang tuanya, melainkan karena kedua orang tuanya yang sangat sibuk dengan pekerjaan diperusahaan, ia jarang berkumpul bersama keluarganya, mungkin ia bisa berkumpul dengan keluarganya tanpa ada pekerjaan atau urusan perusahaan hanya satu kali setahun bertepatan dengan libur kenaikan kelasnya saja.
            Semua makanan ludes habis dan sanagat disukai semuanya, terutama kak Ali yang tampak sanagat menyukai kue nastar coklat yang tentunya buatan Nadya, karena Nadya sendiri yang membuat resepnya saat ia masih duduk dibangku SMP.
“kak Ali kelihatannya sangat menyukai kue coklat itu.” Seru kak Jihan yang dengan tersenyum menggoda.
“iya kakak sanagat menyukainya, memangnya ini buatan siapa?” jujur kak Ali dengan terus memakan kue coklat yang tersaji didepannya.
“itu buatan Nadya loh kak, dia sanagat pandai memasak, walaupun dia agak tomboy.” Kak Jihan langsung menjawab pertanyaan dari kakaknya dengan sangat semangat, entah mengapa ia sangat menyukai Nadya, dan melihat kecocokan antara kakaknya dengan Nadya.
“hmmmm.” Kak Ali hanya bergumam, karena entah mengapa saat ia mendengar nama gadis yang baru ia kenal beberapa jam yang lalu membuat hatinya menghangat.
“kak, Nadya cantik ya?” Tanya kak Jihan pada sangkakak, ia sengaja bertanya seperti itu, untuk memancing kakaknya untuk lebih tertarik dengan Nadya.
“semua wanita itu cantik dk=ek, kamu itu giamasih.” Mendengar jawaban sangkakak, kak Jihan langsung cemberut.
“ish kakak mah, kakak nggak tertarik gitu sama Nadya?” kak Jihan tidak mau main kode-kodean dengan kakaknya yang kurang peka itu.
“dek, kok pertanyaannya kayak gitu?”kak Ali balik bertanya.
“aku seneng aja gitu kalau kakak beneran ada rasa sama Nadya. Menurut aku dia itu cewek yang unik. Udah pinter bela diri, pinter masak, pemberani. Uuh pokoknya unik, gimana?Kakak tertarik?”tawar kak Jihan.
Mendengar perkataan adiknya, kak Ali langsung tertawa terbahak-bahak.
“HAHAHA…..HAHAHA…..dek, kamu lucu deh, kamu promosiin temen kamu, kayak lagi promosiin buah-buahan dipasar.” Kak Jihan langsung cemberut menatap sangkakak.
“iih kakak nyebelin deh.” Dengan sebal kak Jihan, mencubit pinggang kakaknya.
“Awsss..sakit tau dek. Kok kamu cubit kakak sih.”Kak Ali mengusap pinggangnya yang dicubit oleh adiknya.
“biarin aja, habisnya kakak nyebelin deh.” Seru kak Jihan dengan bibir yang cemberut.
“iya udah, kakak minta maaf ya dek?” kak Ali meminta maaf kepada adiknya karena bersalah sudah membuat adiknya kesal.
“iya-ya adek maafin, tapi……kasih tau dulu, kakak suka nggak sama Nadya?” kak Jihan tetap kekeh bertanaya.
“Hmm.”Kak Ali langsung berdiri dan meninggalkan adiknya yang terbenging mendengar jawaban kakaknya.Iya mendengar kakaknya berdehem dan sedikit menganggukkan kepalanya, yang berarti kakaknya memang menyukai Nadya.
“AHHHH…” kak Jihan langsung histeris dan tersenyum sanagat lebar.Para santri yang berlalu lalang terheran meliha kak Jihan yang tiba-tiba teriak dan tersenyum dangan lebar.
******************************
            Malam haripun tiba, Nadya, Rara, Asyfa, dan kak Jihan sedang bersantai didaam kamar asrama.Mereka sedang melakukan tadarusan, mereka sangat khusyuk membaca ayat demi ayat suci Al-Qur’an, bahkan Asyfa yang sangat menghayati meneteskan air matanya.
            Mereka terus tadarus sampai tengah malam.Mereka terdiam sejenak, hingga Nadya mulai membuka pembicaraan.
“kak Jihan, apa Nadya boleh bertanya sesuatu?” Tanya Nadya dengan suara lembutnya.
“tentu, apa yang mau kamu tanyakan, kalau aku bisa menjawabnya, Insya’allah aku akan menjawabnya.” Nadya tersenyum mendengarnya, sedangkan Asyfa dan Rara dengan serius mendengarkannya.
“apakah Allah akan mengampuni dosa-dosa Nadya. Nadya sering berbuat tidak baik, Nadya sering mukulin teman-teman Nadya waktu masih di SMA, Nadya sering menyusahkan mama dan papa, Nadya sering membuat guru-guru Nadya kesal saat masih di SMA.Apakah Nadya akan mendapatkan ampunan dari Allah?”Tanya Nadya dengan mata yang berkaca-kaca.
Kak Jihan terdiam mendengar pertanyaan Nadya, kemudian ia langsung tersenyum dengan lembut seraya berkata,
“tentu, kalau kamu memang benar-benar memohon ampunan Allah, sungguh Allah maha pemaaf lagi maha penyayang.” Jelas kak Jihan sambil mengelis punggung Nadya yang mulai terisak.
“dalam salah satu hadidits dalam Hadits Arba’in, yang menjelaskan tentang Luasnya Ampunan Allah.
“Dari Anas ra. Berkata, aku mendengar rasulullah saw. Bersabda, Allah swt. Berfirman: ‘Wahai anak Adam, selama engkau berdo’a dan berharap kepada-Ku, niscaya Aku ampuni segala dosamu yang telah engkau kerjakan dan Aku tidak pedulikan lagi’.
‘Wahai anak Adam, jiakalau dosamu membumbungsetinggi langit lalu engkau meminta ampunan-Ku, pasti ngkau Ku-ampuni.Wahai anak Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan ksalahan sepenuh bumi, kemudian engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku sedikitpun, pasti Aku mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi pula’.” (Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan ia berkata bahwa hadits ini hasan shahih)
Dengan lancar kak Jihan menjelaskan hadits tentang Luasnya Ampunan Allah.
Nadya yang mendengar penjelasan kak Jihan, langsung memeluk kak Jihan.Asyfa dan Rarayang mendengarkan sedari tadi dan melihat Nadya yang memeluk kak Jihan, mereka langsung berpelukan bersama.
“terimakasih kak, sekarang beban pikiran aku mulai berkurang. Sekali lagi terimakasih.”Nadya melepas pelukannya dan tersenyum.Mereka tersenyum bersama.
Setelah mereka ber-empat saling bercerita tentang hal-hal yang mereka anggap menarik, sampai mereka mulai mengantuk memutuskan untuk tidur.
******************************
            Tak terasa satu tahun sudah berlalu, Nadya, Asyfa, dan Rara sudah menduduki kelas XII semester dua.Nadya sudah dapat menghafal Al-Qur’an sebanyak delapan juz.Asyfa dan Rara sudah menyelesaikan hafalan mereka.
            Nadya, Asyfa, dan Rara sedang berjalan menuju kelas mereka. Karena bel masuk akan berbunyi. Sesampai mereka didalam kelas, mereka langsung duduk dibangku masing-masing.Tak lama bel pertanda masuk berbunyi, datanglah ustadz yang selalu menjadi idola dipondok pesantren tersebut.Siapa lagi kalau bukan Ustadz Ali, anak dari pemimpin pondok pesantren tersebut.
“IHTIROM” ketua kelas berdiri dan diikuti oleh santri yang lain.
“HAYYU” kata ketua kelas dengan lantang dan dengan serentak para santri langsung mengucapkan salam.
“Assalammu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.”
“Wa’alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh.” Ustadz Ali menjawab salam tak lupa dengan senyuman.
Kegiatan belajar mengajarpun berlangsung dengan lancar, Ustadz Ali sangat pandai mengajar dengan metode yang menyenangkan sehingga para santripun sangat bersemangat dalam belajar.
Tak terasa satu jam berlau dan terdengar suara bel pertanda istirahat, Ustadz Ali mencukupi pelajaran dengan membaca surah Al-Fatihah dan mengucapkan salam kemudian berlalu meninggalkan kelas.
            Nadya, Asyfa, dan Rara langsung menuju kantin dan mengisi perut mereka dengan makanan yang dapat menunda rasa lapar mereka lebih lama.
Karena bel masuk masih lama, Nadya memutuskan untuk pergi ke perpustakaan, Asyfa dan Rara tidak ikut karena mereka sedang malas untuk berjalan menuju perpus yang berada dilantai dua.
            Sesampai Nadya dilantai dua, ia segera memilih buku tentang Sejarah Kebudayaan Islam. Saat akan mengambil buku yang ada dirak buku paling atas, ia kesusahan untuk menjangkau buku tersebut. Sampai tiba-tiba ada tangan yang meraih buku tersebut dari belakang Nadya, sontak Nadya langsung membalik badannya dan terkejut melihat tubuh seorang pria yang sangat dekat dengannya.
“kalau butuh bantuan itu, minta tolong.”mendengar suara yang terasa tidak asing ditelinganya, Nadya langsung mendongakkan kepalanya karena tingginya dengan pria tersebut hanya sedada pria tersebut, dan matanya membulat mengetahui siapa yang ada dihadapannya.
“Ustadz Ali!!” Nadya sontak langsung memundurkan tubuhnya dua langkah.
“iya, ini saya. Kamu kenapa melotot kayak gitu?” Ustadz Ali heran melihat Nadya yang melotot padanaya.
Mendengar perkataan Ustadz Ali, sontak Nadya langsung menormalkan matanya.
“oh iya, kan sudah berapa kali saya bilang. Kalau kita berada diluar kelas, kamu panggilnya kakak.” Nadya hanya mengangguk karena setiap ia berdekatan dengan kak Ali, ia selalu merasa gugup.
            Kak Ali dan Nadya memang sudah dekat karena kak Jihan selalu membuat mereka bertemu. Kak Ali justru meneima dengan senang hati, tapi dia masih sadar dengan larangan berpacaran dalam islam, justru itu ia tidak akan mengajak Nadya untuk berpacaran, biarlah ia dan Nadya saling mengenal terlebih dahulu, untuk kedepannya ia serahkan kepada Allah, karena jika ia memang berjodoh dengan Nadya.
“oh iya, kebetulan saya ketemu sama kamu, saya mau nawarin kamu untuk ikut lomba Tahfizul Qur’an 10 juz, lomba itu diadakan untuk mereyakan hari Santri.” Mendengar penawaran itu, Nadya langsung tersenyum senang dan kak Ali yang melihat Nadya tersenyum ia juga ikut tersenyum.
“tentu kak, aku mau. Tapi, aku baru saja dapat menghafal delapan juz, sedangkan perlombaan itu menghafal sepuluh juz.”Kak Ali tersenyum melihat kegelisahan yang terpancar dari wajah Nadya.
“kamu tenang saja, kamu pasti bisa, perlombaannya akan dilaksanakan dua minggu lagi. Nah, dari sekarang kamu harus lebih giat lagi menghafalnya.”Nadya mulai sedikit lebi tenang.
“oh iya untk ts masuknya, kamu harus bisa tajwid juga. Apa kamu sudah bisa tajwid?” tanya kak Alipada Naday. Baru saja Nadya bisa sedikit tenang, namun, ia langun kembali cemas setelah mendengar yang dikatakan kak Ali.
“Astaga!!Nadya nggai tajwid.Asyfa dan Rara juga nggak isa tajwid.Gmana dong?” jika sudah pank begini, Nadya selalu menggigit ujng jari telunjuknya.
“Apalagi kak Jihan lagi sbk sama perkuliahannya.Gimana dong.”Nadya terus meracau dengan cemas.
“Ssstt… Nadya, kamu tenang dulu.Kan ada kakak. Kakak pasti ajarin kamu sampai kamu bsa tajwid dengan cepat. Oke.”Kak Ali menenangkan Nadya dan berhasil, Nadya langsung berbinar bahagia.
“beneran kak?”Tanya Nadya memaskan.
“iya beneran.” Jawab kak Ali sambil tersenyum.
“Ah..terimakasih kak.” Ndya menyatukan tangnnya didepan dada sebagai persalaman, karna ia juga sadar bahwa bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan halal kita termasuk dosa.
“sama-sama” kak Ali ikut menyatukan telapak tangnnya sebagai balasan persamaan.
“yasudahkak, aku balik kekelas dulu ya, udah mau bel masuk.” kata Nadya berpamitan.
“oh iya, yasudah nanti kakak ajarin ajwidnya sehabis sholat zuhur.”
“Oke kak, yasudah aku pergi dulu. Assalammu’alaikum.” Salam Nadya.
“Wa’alaikum salam” setelah mendengar kak Ali menjawab salamnya, Nadya langsung melangkah meninggalkan perpustakaan munuju kelasnya smabil membawa buk yang telah diambilkan kak Ali.
            Sampainya dikelas, ia langsung menemui sahabatnya dan menceritaka tentang perlombaan tersebut, sahabatnya sangat setuju kalau ia mengikuti perlombaan tersebut. Nadya juga menceritakan tentang kak Ali yang akan mengajarkan dirinya tajwid. Asyfa dan Rara langsung tersenyum menggoda sambil menatap Nadya.Nadya terbingung dengan kedua sahabatnya.
“kalian kenapa? Kok senyumnya kayak gitu sih?” Tanya Nadya sambil terheran.
“berarti kamu bakalan diajarin sama pujaan hati dong.” Rara dan Ayfa mulai menggoda Nadya.
“ih, kalian apaan sih. Memangnya siapa pujaan hati aku?”Nadya mengalihkan pandangannya sambil menyembunyikan pipinya yang merona, tapi tetap saja pipinya tetap terlihat oleh kedua sahabatnya.Sontak kedua sahabatnya langsung tertawa.
“HAHAHA… Nadaya-Nadya, kamu sok nggak tau deh.Pake naya siapa pujaan hati kamu.Pujaan hati kamu ya kak Ali lah. Walaupun kamu nggak pernah cerita tentang perasaan kamu sama kak Ali, kita udah tau kok. Dari cara kamu menyebutkan namanya saja, kamu sanagat terlhat bahagia. Dan satu lagi, pipi kamu nggak bisa bohong.Pipi kamu selalu merona setiap menceritakan tentang kak Ali.”Nadya yang mendengar perkataan sahabatnya langsung tersenyum.
“hehehehe,,, kelihatan banget ya?” Asyfa dan Rara langsung mengangguk dan kembal tertawa saat melihat pipi Nadya yang bersemu kembali.
******************************
            Kak Ali benar-benar serius dengan perkataannya, sehabis sholat zuhur, ia langsung mengajarkan Nadya tenteng tajwid. Walau Nadya terlihat agak kesulitan saat mengingat huruf-huruf dalam pembagian hokum bacaannya.
            Walau begitu, Nadya tak pantang menyerah.Nadya terus berusaha dan berusaha.
“nah gimana? Kamu udah ngerti kan?” Tanya kak Ali sambil tersenyum hangat.
“iya kak, ternyata tajwid itu tidak sesulit yang aku bayangkan.” Jawab Nadya sambil tersenyum juga.
“asalkan kita benar-benar serius dan berusaha, Insyaallah pasti kita bisa memahami dengan baik.” Nadya sangat salut dengan kepintaran dan ketulusan kak Ali dalam mengajar.
“ya sudah sekarang kamu balik keasrama gih, kamu istirahat.” Sungguh, jentung Nadya berdetak lebih cepat saat mendengar perhatian kak Ali padanya.
“iya kak, aku pamit dulu. Assalammu’alaikum.” Salam Nadya.
“Wa’alaikum salam.” Nadya langsung meninggalkan masjid dengan senyuman yang tidak luntur.
            Sampai kamar asrama, Nadya langsung digoda habis-habisan oleh kedua sahabatnya.
Mereka saling bercerita dan tertawa bersama saat ada cerita yang menurut mereka lucu.
“Nad, kamu tenang aja.Aku san Rara pasti bantuin kamu untuk menghafal dua juz Al-Qur’an yang belum kamu hafal. Ingat Nad, Bismillah.” Kata Asyfa yang membuat Nadya langsung memeluk sahabatnya.
“terimakasi, kalian selalu ngebantu aku.” Asyfa dan Rara membalas pelukan Nadya.
Begitulah persahabatan mereka, saling membantu saat susah maupun senang. ******************************
            Satu minggu sudah berlalu, kni Nadya sudah dapat menguasai tentang tajwid, begitupu dengangan hafalan Al-Qur’an yang sebelumnya ia hanya delapan juz, kini ia sudah dapat menghafal sebilan juz. Ia sungguh sangat berterimakasih kepada orang-orang yang selalu membantunya.
            Sekarang Nadya berada didalam masjid sedang sangat khusyuk menghafalkan Al-Qur’an juz sepuluh.Asyfa dan Rara tidak dapat menemani Nadya karna sedang halangan.
            Saat sedang sangat khusyuknya ada seseorang duduk tepat dihadapan Nadya.Merasa ada yang duduk didepannya, Nadya langsung mengalihkan pandangannya dari Al-Qur’an dan melihat siapa yang berada dihadapannya.Seketika Nadya tersenyum dengan manisnya. Sebenarnya ia sangat terkejut melihat siapa yang ada dihadapannya itu.
“SHASA!!” ia sangat tidak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya, sahabatnya saat ia masih berada diSMA, sahabatnya yang selalu menemaninya saat ia suka membolos sekolah dulu, sahabatnya sangat senang dengan pakaian yang minim seperti dirinya. Namun sekarang, ia melihat sahabatnya yang jauh berbeda dengan satu tahun yang lalu. Sahabatnya yang ada dihadapnnya sekarang adalah seorang muslimah, yang tampak cantik dengan jilbab syar’I yang menutupi setengah badannya, dan menggunakan gamis yang sedikit kebesaran sehingga tidak memperlihatkan lekukan tubuhnya seperti dulu.
“hehehe iya Nad, ini aku. Uuuh aku kangen banget sama kamu.”Shasa langsung memeluk sahabatnya itu.
“astaga, aku juga kangen banget sama kamu, dan setelah satu tahun lamanya kita tidak berjumpa, kamu yang sekarang sangat berbeda. Dan kenapa kamu bis aberada disini?” Tanya Nadya yang masih tidak percaya melihat perubahan sahabatnya yang sangat drastis.
“hehehe aku memutuskan untuk hijrah Nad, dan aku juga memutuskan untuk masuk pondok pesantre sama seperti kamu. Aku sadar, kalau seharusnya aku tidak membuat kenakalan yang membuat orang-orang disekitarku menjadi kesal dan terbebani.Aku harus berubah menjadi lebih baik, toh itu juga untuk kebaikanku.”Jawab Shasa dan langsung mendapat senyuman dari Nadya.
“kamu cantik dengan hijabmu.” Mendengar kata Nadya, Shasa langsung tersenyum.
“kamu juga Nad.”mereka langsung bercerita tentang apa saja yang mereka alami saat mereka tidak saling bertemu selama satu tahun.
            Nadya mengajak Shasa untuk bertemu dengan Asyfa dan Rara. Kebetulan sekali ia melihat Asyfa dan Rara sedang duduk dibangku tapan Asrama.
“Assalammu’alaikum.”salam Nadya dan Shasa berebarengan.
“Wa’alaikumsalam.” Jawab salam Asyfa dan Rara.
“eh Nadya, gimana hafalannya?”Tanya Rara saat mengetahui bahwa Nadya yang berada dihadapanny.
“Alhamdulillah, tinggal setengah juz saja aku bis menghafala sepuluh juz. “ ucap Nadya. Asyfa sedari tadi heran menatap bingung pada gadis yang berada disamping Naday, Nadya yang tersadar dengan kebingungan Asyfa dan rara, ia langsung memperkenalkan Shasa pada mereka.
“oh iya aku mau kenalain sahabat aku waktu masih diSMA dulu itulah, nah ini yang namanya Shasa.” Asyfa dan Rara langsung tersenyum pada Shasa.
“hai Shasa, nama aku Rara dan ini Asyfa.” Rara memperkenalkan dirinya dan Asyfa yang ada disampingnya.
“ah iya, aku Shasa.”
Walaupun hanya sebentar saja, mereka langsung akrab dan dapat tertawa bersama.
“Sha, kamu dapet kamar asrama yang mana?”Tanya Rara pada Shasa.
“kebetulan aku minta ke mami dan papi aku untuk sekamar sama kalian.” Jelas Shasa, mereka langsung tersenyum bahagia saat mengetahi hal tersebut.
******************************

            Tidak terasa, hari perlombaanpun datang, Nadya tampak tenang duduk disalah satu kursi peserta. Asyfa, Rara, Shasa, dan kak Jihan sudah duduk dikursi palig depan. Saat mendengar bahwa Nadya mengikuti lomba, kak Jihan langsung izin cuti untuk tidak masuk kuliah selama seminggu.
            Nadya sangat senang karena sahabatnya selalu mendukungnya. Walau ia kecewa, karena kedua orang tuanya tidak dapat hadir untuk melihat dirinya berlomba karena urusan pekerjaan yang ada diluar kota.
            Kini giliran Nadya yang naik menuju panggung untuk tes tajwid.Nadya menjawab dengan teliti setiap pertanyaan yang diajukan oleh juri.
            Nadya sangat senang karena ia dinyatakan lolos kebabak selanjutnya, dan besok ia akan lomba untuk hafalan 10 juz.
            Tentu Nadya sanagat risau, jikalau ia tidak bisa menjawap pertanyaan untuk besok.
Kak Jihan yang melihat hal tersebut, langsung menghampiri Nadya.
“Nad, kamu kenapa khawatir seperti itu?”Tanya kak Jihan pada Nadya.
“kak, aku takut kalau besok aku tidak bisa menjawab pertanyaan untuk jus yang kesepuluh, aku belum terlalu menguasainya.” Nadya jujur dengan apa yang ia khawatiraka. Mendengar jawaban Nadya, kak Jihan langsung mengelus pundak Naday.
“Nadaya, kalau kamu lupa untuk jawabn soal juz sepuluh, bca dalam hati surah Al-Ikhlas tiga kali, Insyaallah kamu akan mengingatnya.”Jelas kak Nadya yang membuat Nadya seketika menjadi tenang.
            Keesokan harinya, Naday sudah duduk dengan manisnya dikursi peserta.Ia terus mengingat apa yang dikataka oleh aka Jihan.
Di sisi lain, ia agak kecewa saat mengetahui kedua orang tuanya tak kunjung datang, padahal kemarin saat ia memberitahu kepada kedua orang tuanya lewat via telefon milik kak Jihan bahwa ia lolos untuk mengikuti Tahfizul Qur’an, orang tuanya berjanji untuk datang melihatnya tampil. Namu, samapai saat ini ia belum melihat tanda-tandak kedatangan kedua orang tuanya.
            Sampai nama Nadya terpanggil untuk segera menaiki panggung. Dalam hati ia mengucapkan bismillah. Juri memberi pertanyaan sekitar juz enam dan tujuh.Namun saat pertanyaan yang terakhir, juri memberikan pertanyaan sekitar juz sepuluh. Dalam hati ia masih kecewa saat tidak melihat kedatangan kedua orang tuanya, tapi ia menepis perasan itu saat mengingat bagaimana perjuanagn sahabat-sahabatnya dan kak Ali yang selalu mengajarkan dirinya untuk bisa menghafal dan menguasai Tajwid dengan baik.
            Karena Nadya masih terdiam tak ingat dengan yat yang menjadi jawaban atas pertanyaan dari juri, tiba-tiba ia melihat kedua orang tuanya muncul dari pintu ruangan aula. Kedua orang tuanya mengangkat tangannya yang terkepal seraya mengucapkan kata SEMANGAT.
Senyuman Nadya langsung terbit, ia langsung mengingat apa yang dikatakan kak jihan jikalau ia luapa.
Nadya segera membaca surah Al-Ikhlas sebanyak tiga kali dalam hati sambil mengusap dadanya. Seketika ia langsung mengingat jawabannya. Nadya langsung membacakan ayat yang menjai jawabannya.Dan Nadya sangat bersyukur saat dapat menjawb semua pertanyaan dari juri.
            Penentuan pemenangpun akan segera dibacakan oleh juri. Nadya berdoa dalam hati agar ia menang.
“dan pemenang lomba Tahfizul Qur’’an untuk memperingati Hari Santri adalah……NADYA ALYSSA PUTRI.” Semua orang langsung bertepuk tangan, Nadya menangis bahagia dan langsung menerima piala serta piagam yang diberikan oleh juri.
            Mama dan Papa Nadya langsung mengucapkan selamat, bahkan Mama Nadya sampai menangis terharu. Karena anaknya yang berhasil menghafalkan Al-Qur’an bahkan ia sampai pangling saat mendengar merdunya suara anaknya saat membaca ayat Al-Qur’an.
“nak, mama sama papa bangga sama kamu. Akhirnya, kamu benar-benar berubah menjadi anak yang solehah.” Papa dan mama langsung memeluk anak satu-satunya itu.
“Assalammu’alaikum.” Dari arah belakang Nadya sudah berdiri kak Ali, kak Jihan,Shasa, Asyfa Rara, Abah dan Umi.
“Wa’alaikumsalam.”jawab Nadya dan kedua orang tuanya.
“Nadya, selamat ya.Atas kemenangannya.”kak Ali memberikan bunga mawar putih yang sangat indah.Nadya menerimanya dengan senang hati. Pap dan mama Nadya yang melihat anaknya tersebut tersenyum penuh arti, begitupun dengan yang lain.
“khmm. Mbak, sepertinya kita bakalan jadi besan nih.” Kata mama Nadya pada Umi dengan nada menggoda, terbukti pipi Nadya langsung bersemu.Kak Ali yang melihat Nadya yang bersemu hanya tersenyum tipis.
“iya nih, kayaknya kita bakalan jadi besan.” Umi langsung menjawab perkataan mama Nadya.
“wah, Jihan setuju tuh.” Kak Jihan langsung berseru semangat.Pipi Nadya semakin bersemu.
“Ih mama, aku kan masih sekolah, belum lulus.” Kata Nadya mengelak.
“cieee berarti kamu setuju dong, nak Ali kamu lagi dikode tuh sama Nadya, biar kamu tunggu dia lulus.” Semua orang tertawa melihat Nadya yang semakin malu.
“Insyaallah tante.” Mendengar perkataan kak Ali, sontak Nadya langsung menatap kak Ali dengan mata yang melotot.
“cieeee Nadya udah ada yang mau ngelamar.” Ketiga sahabat Nadya ikutan menggoda Nadya.
“wah, sepertinya rencana kita saat dulu masih mondok akan terkabul dengan sendirinya tanpa kita yang bertindak, fan.” Kata Abah dengan tersenyum pada Irwan.
“ah iya, inilah ya ng dinamakan takdir.”sambung papa Nadya.
“memangnya rencana apa Pa?” Tanya Nadya penasaran.
“dulu Papa sam Abdul pernah berencana, kalau kita memiliki anak. Kita akan menjodohkannya. Eh ternyata tanpa kami melaksanakan rencana itu, Allah lebih dulu mempertemukan dan mendekatkan kalian.” Mendengar penjelasan Papa Nadya. Kak Ali langsung mendekati Mama dan Papa Nadya. Semua orang terbingung-bingung.
“bismillah, Om saya mau melamar Nadya. Saya akan membiarkan Nadya menuntaskan pendidikannya terlebih dahulu, baru saya akan langsung menikahinya.”semua orang terkejut mendengar pernyataan kak Ali, Abah dan Umi tersenyum bangga melihat anaknya yang sudah dewasa.
“om bangga sama kamu yang langsung melamar anak om. Jadi, om terima lamaran kamu.” Semua orang tersenyum bahagia, begitupun Nadya, ia langsung memeluk Papa dan Mamanya.
“Pa, Ma. Terimakasih sudah mau merawat Nadya sampai sebesar ini, dan terimakasih karena mama sama papa udah bawa Nadya kepondok pesantren ini.” semua orang terharu mendengar perkataan Nadya yang menyentuh.
“iya saying, Mama sama Papa juga sangat bahagia memiliki anak yang solehah seperti kamu.” jawab Mama Nadya.


TAMAT

1 komentar: